[caption id="attachment_198158" align="alignnone" width="635" caption="Kerinduanku sedikit terdamaikan karena ku sadari bahwa MALAM ini, kita tidur di bawah langit yang sama... ~.~ "][/caption]
Senja adalah suguhan nikmat bagi mereka yang sepakat dan mengamini eksistansi pesona mayapada. Senja selalu menjadi incaran papparazi, santapan bagi mereka yang menggilai puisi, mencandui seni lewat gambar dan lukisan. Hingga tak mengherankan jika banyak karya manusia terinspirasi oleh suasana senja. Tidak sekedar menginspirasi, momen menyaksikan tenggelamnya matahari juga membawa rasa tenang dan kedamaian yang berkepanjangan. Dan aku beruntung, bisa menikmati senja di Borobudur, satu dari tempat bersejarah terindah yang pernah ada di dunia.
Cerita berawal ditanggal 30 bulan Juni kemarin. Dimana tanggal tersebut merupakan jadwal test bagi pendaftar S2 sebuah PTN di Jogjakarta, sebagai peserta maka sehari sebelumnya aku harus bersiap untuk bertolak ke sana. Berhubung sama sekali tidak ada persiapan, maka kuputuskan menggunakan travel. Dengan begitu, selama 11 jam sepanjang perjalanan bisa kuluangkan waktuku untuk melahap jurnal dan bacaan yang sekiranya berkaitan dengan materi yang akan diujikan. Esoknya, selepas test sekitar pukul 14.00 sebelum kembali ke Malang tiba-tiba aku ingin sekali mengunjungi Borobudur. Umurku sudah seperempat Abad dan selama tinggal di pulau Jawa tak pernah sekalipun kuinjakkan kaki di situs yang sudah terkenal di seantero dunia. Rugi sekali bukan?
Dus, walaupun aku tahu jam kunjungan sudah akan ditutup pada pukul 17.00 segera kurayu temanku untuk mengantarkan ke Magelang dimana Borobudur menjulang megah disana. 20 menit kemudian berdua kami berangkat, membelah jalanan dan menghabiskan waktu dikendaraan selama satu jam. Tepat pukul 16.30 kami pun tiba dipelataran. Artinya waktu kunjungan masih menyisa 30 menit lagi dan akupun tergesa ikut berjejal mengantri. Aneh sekali, walau sudah mau tutup toh pengunjung masih mengular untuk mendapatkan tiket masuk. Begitulah, meskipun sudah tidak masuk dalam 7 keajaiban dunia, pesona Borobudur tetap membuat banyak orang penasaran.
[caption id="attachment_198160" align="aligncenter" width="478" caption="Menapaki jalan menuju Borobudur.. Dari kejauhan biru gunung menyambut pengunjung menebarkan pesona :)"]
[/caption]
Setelah mendapatkan dua tiket dengan bandrol harga 30.000 perlembarnya, kami bergegas memasuki area wista peninggalan Dinasti Syailendra. Sore yang menyapa dan sayup suara speaker petugas yang mengingatkan pengunjung untuk bersiap pulang, sama sekali tak menyurutkan langkah kami menjejaki tangga candi, besemangat naik ke atas. Dengan kamdig pocket ditangan, sesekali temanku menjepret pemandangan candi. Mendatangi tempat ini di saat senja ternyata sebuah anugerah. Bagaimana tidak? Langit senja Borobudur menyuguhkan pemandangan eksotis yang memanjakan mata. Membuai pikiran untuk mendadak menjadi romantis dan menenggelamkan lamunan pada titik kulminasi paling indah. Too much awesome!
[caption id="attachment_198162" align="aligncenter" width="423" caption="TICKET COUNTER: Mengular mengantri.............."] [/caption]
Lima belas menit menaiki tangga dan melewati beberapa stupa, Kulihat banyak turis asing masih berkeliaran, walau berkali-kali petugas mengingatkan pengunjung untuk segera bergerak turun toh mereka terlihat santai. Begitupun kami, beberapa petugas menegur dan menggoda saat lagi dan lagi kami tertangkap asik dengan kamera. Lucu sekali ketika harus kucing-kucingan dengan petugas saat mengambil gambar di antara jajaran stupa, sensualitas relief merayapi dinding dan lorong candi. Lebih lucu lagi ketika kudengar berkali-kali petugas menegur rombongan Bule dengan Inggris medok Jawa. "Ekcus mi ser, taem is ap ser.. plis go don..plis..." Sambil menahan ngikik akupun berlalu menjauhi mereka. Akhirnya, tepat pukul 17.15 kami memutuskan turun walaupun sedikit kecewa karena tidak sempat menaiki tangga teratas, menyesapi udara bebas dari puncaknya.
[caption id="attachment_198170" align="aligncenter" width="280" caption="Para turis asing yang digiring keluar Petugas.. Time is UP :) "]
[/caption]
[caption id="attachment_198164" align="aligncenter" width="594" caption="SOUVENIR: silahkan dipilih..dipilih.. hehe.."]
[/caption]
Sementara berjalan pulang, teriakan ramai para pedagang menawarkan cindera mata membuatku teringat dengan suasana Makam Soekarno di Blitar. Ya, sepanjang rute menuju pintu keluar, pengunjung disuguhi beraneka dagangan yang bisa dijadikan buah tangan atau sekedar souvenir. Sayang sekali, aku tak sempat menawar karena harus buru-buru kembali ke Malang. Walaupun sangat singkat, bagaimanapun aku bersyukur masih berkesempatan mengunjungi Borobudur. Ah, Borobudur, eksotisme senja di langitmu terus mengiang di ingatan dan sejak saat itu aku berjanji, lusa ataupun nanti aku kan kembali ke peraduanmu. Kembali menyesapi keindahan Borobudur, membiarkan kedamaian melingkupi hati dalam lerap alam.
[caption id="attachment_198168" align="aligncenter" width="449" caption="AKU DAN SURYA: Tenggelam sempurna di kaki langit warna Soka.. Cokelat Flamboyan yang renggas dikejauhan, Kalap menorehkan bait-bait kerinduan.."]
[/caption]
[caption id="attachment_198165" align="alignnone" width="656" caption="ANOTHER EXOTIC TWILIGHT AND VIEW :)"]
[/caption]
[caption id="attachment_198169" align="aligncenter" width="481" caption="Eksotisme Puncak Stupa Di kejauhan... SUPERB!!"]
[/caption]
[caption id="attachment_198171" align="aligncenter" width="303" caption="AKU DAN SENJA: Yang aku pahami rindu ini koma: bersama memar Galaksi di Merah Senja, Yang aku mengerti cinta ini jeda: damai berpulang pada yang Esa ~.~"]
[/caption] [caption id="attachment_198180" align="aligncenter" width="553" caption="GIFT: Bunga Artifisial yang menawan :)"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H