[caption id="attachment_194490" align="alignnone" width="589" caption="Pemberitaan dikoran bulan lalu"][/caption]
Ini BERITA FAKTA yang dinarasikan dengan laku FIKSI. Bukannya apa-apa.. Penulis hanya sedang hilang hasrat dan menjadi gayat. Dimana isi kepala diluberi semesta kata... Namun kerontang akan cerita. Jadilah ini yang tersisa yang bisa kupersembahkan...
Semoga bermanfaat...
Dewasa ini di Indonesia inovasi pangan di tangan peneliti muda makin bergairah saja. Seringkali ketika menyusuri berita di koran-koran, kutemukan mereka yang peduli dan memanfaatkan sophisticated teknologi. Dengan penuh bangga memberi banyak gebrakan, dan penemuan pangan alternatif yang sarat gizi kian berderet berjejer mengular panjang,incroyable!Dari pembuatan beras analog, pengembangan ulat sagu berprotein lebih tinggi, penyilangan ubi kualitas kelas atas, hingga revolusi cangkang telur sebagai sumber kalsium paling tinggi.
Menilik spion kaca rezim lama, semasa kecil saat badan terbungkus lusuh seragam putih-merah, dan waktu itu aku sudah duduk di tahun ke enam. Dimana kampanye empat sehat lima sempurna sedang marak di gembar-gemborkan. Yang masih tertanam di lobus frontal dalam-dalam adalah, telur menjadi sumber protein paling baik, paling sempurna. Hingga masa SMA, makin banyak cerita tentang telur yang perlahan mejejali lembar ensiklopedia dibatok kepala. Telur ternyata tidak berprotein semata, sebab telur kaya akan asam amino yang disinyalir paling kompleks diantara daging, ayam, ikan, tahu dan tempe. Luar biasa bukan?
Begitu luar biasakah manfaat telur? Hingga tak salah perempuan cerdas seperti halnya Dian Sastro sebegitu menggilai telur. Pernah aku membaca resep awet cantiknya, dengan penuh sumringah Dian bilang “Telur adalah candu, setiap hari ku habiskan telur hingga genap sepuluh, tapi tidak dengan kuningnya, kuning telur bikin kulit kusam. Jadi cukup putihnya yang kurebus dan kumakan” Ah Dian kenapa kamu lupa? Seharusnya kita lebih berhati-hati mengkonsumsi telur. Karena selain mengandung lemak yang lumayan tinggi, telur juga mengandung cukup banyak kolesterol dibandingkan makanan lain. Yang ku sesapi dibuku IPA, kolesterol dalam 100 gram telur sekitar 424 mg. Cukup tingi bukan? Padahal kita dianjurkan untuk mengkonsumsi kolesterol kurang dari 300 mg perhari.Then just beware my Dear Dian!
Ternyata tidak hanya mandek sampai disitu. Sebab cangkang telur yang ribu-beribu tahun tak pernah dimanfaatkan sebagai bahan pangan, kini mulai dilirik ilmuwan muda. Sungguh telur, nilaimu seperti bensin dan solar saja, semakin melangit tinggi dan membuat kehebohan. Bagaimana tidak? Cangkang yang biasa dibuang dan dianggap sampah. Kini bisa diolah menjadi krupuk renyah berkalsium paling wah! Sejatinya, aku sudah mendengar beritanya empat minggu lalu. Dimana telur disulap jadi komoditi yang bernilai tinggi. Sebagai referensi, silahkan di intip portalnya disini. Dan aku baru mengingatnya tempo hari saat larut kusesap bubur oatmeal sarapan pagiku didepan layar, kudapati Kompasianer mengunggah berita: “cangkang telur sebagai penghias gerabah.” Sontak ku sambar tumpukan koran, dan sejurus kemudian aku sudah tak sabar menuliskan.
Adalah lima mahasiswa universitas UB Malang yang berhasil mengolah kombinasi tepung cangkang telur dan jagung dengan sedikit tapioka menjadi krupuk renyah kaya kalsium dengan label Krupuk Canggung (Cangkang Telur dan Jagung). Sekedar bocoran, ternyata cangkang telur telur harus dibersihkan terlebih dahulu dari mikroba dengan cara merebus dalam air mendidih. Dan dengan bantuan mesin berteknologi, cangkang telur di lumat lekat hingga lembut dan lumat.
Sementara disebutkan di koran, per 100 gram tepung cangkangkalsiumnya bercokol di angka 90. Ah lagi dan lagi, luar biasa bukan? 90 persen dengan mudah dan murah bisa kita dapatkan kalsium pada cangkang yang biasa di cap limbah. Kalau terus dikembangkan, tentunya di negeri kita tak ada lagi cerita tentang berjuta anak dan bayi menjadi penderita rickets, atau orang dewasa dilanda osteomalacia, pun orang tua yang berjibaku dengan osteoporosis, juga mereka yanghipoparatiroidismedan rakhitis. Semoga saja tidak hanya berhenti di penelitian dan wacana. Melainkan terus berkesah berkelanjutan selaksa pembuktian algoritma.
Sebagai pamungkas, sekedar meneruskan berita, krupuk Canggung ini sekarang sudah diproduksi dan dibazaarkan. Cukup dengan 2500 sampai 5000 rupiah saja, kita sudah bisa menikmati camilan sarat gizi lagi renyah. Ada yang minat membeli?
[caption id="attachment_194491" align="alignnone" width="499" caption="Ini dia si krupuk Ajaib berbahan Cangkang telur!"]
[/caption] The image above's taken from this web.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H