Dulu waktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar, setiap hari Sabtu malam minggu saya diajak orang tua ke kampung sebelah untuk menonton televisi karena hanya di tempat tersebut bisa menikmati hiburan menonton acara Kamera Ria dan Film-film Indonesia. Satu desa hanya satu orang yang memiliki televisi dan hanya ada satu stasiun televisi nasional yakni TVRI.
Kami harus berdesakan di luar ruangan sambil menggelar tikar dengan orang-orang satu kampung. Sementara televisinya disimpan oleh pemilik rumah di dalam ruangan dan dibatasi oleh kaca. Tetapi ini salah satu sarana hiburan di desa kami yang waktu itu belum teraliri listrik sehingga untuk menonton televisi pemilik rumah harus menggunakan aki yang harus diisi ulang setiap digunakan malam harinya.
Sewaktu SMP sudah banyak tetangga yang memiliki televisi, tetapi orang tua masih belum memiliki televisi. Sehingga saat ada tugas pelajaran Bahasa Indonesia untuk merangkum materi saya harus menumpang di rumah teman yang memiliki televisi. Saat itu televisi yang dimiliki masih hitam putih.
Selang beberapa tahun semakin banyak tetangga yang memiliki televisi, kini tidak lagi televisi hitam putih melainkan televisi berwarna. Stasiun TV semakin bertambah dengan hadirnya televisi swasta yakni RCTI pada tahun 1989.
Saat itu untuk bisa menangkap siaran televisi swasta tersebut harus menggunakan antena dengan tiang tinggi dan dekoder agar sinyal televisi ditangkap dengan baik. Pada saat itu mulai banyak film-film favorit seperti Knight Rider, dan Street Hawk. Sehingga membuat saya tertarik untuk menonton televisi di rumah tetangga. Karena orang tua saat itu masih belum memiliki televisi sendiri.
Baru pada saat saya SMA orang tua memiliki televisi, waktu itu sudah mulai banyak stasiun televisi swasta ada RCTI, SCTV, dan TPI. Sehingga banyak pilihan acara, hanya saja kualitas gambarnya memang tidak semuanya bagus karena beberapa faktor seperti arah antena yang tidak pas, tiangnya kurang tinggi, dan cuaca yang buruk.
Apabila arah antena bergeser sedikit saja, maka gambar di televisi tersebut banyak semutnya. Begitu juga apabila tiangnya kurang tinggi maka hasil gambarnya kurang jernih. Apalagi saat cuaca hujan angin maka siaran televisi sudah tidak karuan dan langsung dimatikan.
Tapi semua berubah, sejak berkeluarga saya memutuskan untuk membeli Smart TV yang sudah mendukung siaran televisi digital. Padahal saat membeli televisi tersebut, belum ada siaran digital yang diterima di daerah saya. Saat itu hanya beberapa stasiun televisi yang gambarnya sangat jernih, sisanya masih banyak bintik-bintiknya.
Sehingga untuk bisa menikmati siaran televisi favorit saya akhirnya harus menggunakan streaming dari situs atau aplikasi berbayar menggunakan smartphone. Hanya untuk bisa menikmati siaran sepakbola, dan siaran langsung balap moto GP.