Lihat ke Halaman Asli

Didno

TERVERIFIKASI

Guru Blogger Youtuber

Idul Fitri yang Berbeda

Diperbarui: 24 Mei 2020   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama keluarga (Dok. Pribadi)

Idul Fitri tahun 1441 Hijriah atau bertepatan dengan 24 Mei 2020 ini merupakan salah satu Idul Fitri yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya tahun ini di Indonesia dan negara-negara di dunia sedang dilanda Pandemi Covid-19. Pemerintah sudah menganjurkan warganya untuk diam di rumah saja.

Tahun ini, biasanya keluarga kami selalu berkumpul di Puncak. Tetapi tahun ini tidak semua bisa berkumpul karena adanya aturan larangan terutama dari daerah-daerah yang masuk zona merah Covid-19. Seperti salah satu keluarga yang tinggal di Jombang Jawa Timur tidak bisa berkumpul di Puncak.

Walaupun demikian, masjid yang ada di wilayah Puncak masih diizinkan menyelenggarakan ibadah shalat Ied di masjid, tetapi dengan mengikuti protokol kesehatan seperti harus menggunakan masker, cuci tangan dengan sabun sebelum masuk ke masjid dan diberi hand sanitizer saat berada di dalam masjid.

Begitu juga saat berziarah ke makam keluarga dari isteri. Orang yang berziarah tidak sebanyak seperti lebaran pada biasanya. Begitu juga dengan orang yang biasanya saling bersilaturahmi dengan tetangga pun tidak seperti banyak.

Namun demikian, Alhamdulillah kami masih bisa berkumpul dengan keluarga yang lain. Kami pulang sebelum penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dimulai. Karena anak-anak kami sudah diliburkan atau belajar di rumah lebih awal dibandingkan dengan di Jawa Barat. Jadi kami sudah bisa berkumpul di Puncak lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya.

Tapi kami masih bisa bersilaturahmi dengan keluarga saya yang ada di Indramayu dengan menggunakan ponsel dan aplikasi perpesanan. Bisa saling maaf-maafan dengan orang tua dan adik saya beserta istri dan anaknya. Begitu juga dengan keluarga yang ada di Jombang, kami hanya bisa berkomunikasi, saling bermaaf-maafan melalui smartphone ketika kami sedang berada di rumah Abah.

Di rumah Abah-lah kami selalu makan besar dengan menu masakan khas Sunda seperti pepes ikan, sambal terasi, ikan asin, dan yang tidak pernah ketinggalan adalah lalapan. Sangat jarang makan seperti ini apalagi berkumpul dengan keluarga. Paling hanya satu tahun sekali bisa berkumpulnya.

Menu makanan di rumah Abah (Dok. Pribadi)

Untuk membahagiakan anak-anak, saya meminta anak saya membelikan es krim agar mereka senang dan seakan menjadi tradisi saat lebaran. Karena rumah Abah tidak terlalu jauh dengan toko atau mini market yang menjual es krim.

Tahun ini benar-benar bisa menghemat pengeluaran. Praktis tahun ini kami tidak beli baju, dan alat sholat baru untuk anak-anak karena tidak mau berjubel di mall yang bisa menyebabkan tertularnya penyakit Covid-19.

Sehingga tahun ini lebih tenang dalam beribadah, karena tidak terlalu memikirkan hal-hal seperti tadi. Justru muncul rasa solidaritas terutama untuk rekan-rekan yang kehilangan pekerjaannya, penghasilannya berkurang gara-gara banyak tempat kerja yang tutup atau harus giliran kerjanya.

Semoga lebaran tahun depan, kita masih diberikan panjang umur dan bisa berkumpul kembali tanpa ada wabah Covid-19. Sehingga setelah lebaran bisa jalan-jalan ke tempat wisata, makan di rumah makan khas Sunda, atau bisa beli baju lebaran di pasar atau mall.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline