Siang itu sebuah kereta api melaju dari Jakarta ke Surabaya, tampak para penumpang asyik dengan gadgetnya masing-masing. Di salah satu gerbong ada beberapa penumpang yang tampak akrab sekali bercanda gurau antara satu penumpang dengan penumpang yang lainnya.
Dengan logat bahasa Sunda yang kental dia berbincang satu dengan yang lainnya. Sedangkan penumpang yang lain naik dari stasiun Cirebon. Salah satu penumpang bertampang garang dengan kumis tebal, sedangkan satunya adalah seorang wanita yang berjilbab yang tidak lain adalah isterinya.
Selama perjalanan dia berbincang dengan ketiga penumpang yang ada di depannya. Penumpang tersebut adalah seorang ayah dengan seorang anak perempuan dan isterinya. Awalnya keluarga tersebut tampak canggung karena melihat wajah sangar dari pria tersebut, tetapi setelah pria yang memiliki anak perempuan tersebut membuka pertanyaan ternyata pria yang sangar tadi enak diajak berbicara.
Pria sangar tadi berencana akan ke Jogja menengok anaknya yang akan diwisuda di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Dia merasa bangga karena sejak SMP anaknya tersebut mondok di pesantren hingga akhirnya kuliah dan akan diwisuda.
Dulu ibunya sering menangis karena kangen dengan anaknya tersebut, tetapi lama kelamaan akhirnya dia sudah terbiasa dan tidak menangis lagi. Dia biasanya ke Yogyakarta membawa mobil pribadi tetapi dia memilih kereta api karena murah dan tepat waktu.
Pria sangar tadi menceritakan bahwa profesi dia sebenarnya adalah seorang penyuluh pertanian, maka jangan heran wajah saya tampak sangar dan legam karena sehari-hari sering pepanasan. Dia menceritakan bahwa semua kakak dan adiknya berprofesi sebagai guru, hanya dirinya yang berprofesi sebagai penyuluh pertanian.
Setelah berbincang dengan pak Kumis, pria tadi dibuat tersenyum dengan ulah anak-anak muda yang ada di samping tempat duduknya. Dia rupanya sedang menggoda petugas restorasi yang sedang menjajakan makanannya. Awalnya dia memesan makanan untuk berbuka puasa tetapi dengan alasan akan memesan makanan atau minuman lagi dia meminta nomer telepon kepada petugas restorasi yang berwajah cantik tadi.
Tak ayal anak-anak muda yang lainnya ramai dan tertawa. Sambil berbincang dengan rekannya menggunakan bahasa Sunda dia menceritakan hal tersebut kepada orang yang ada di depannya. Rupanya keseruan para pemuda tadi membuat pria dengan anak dan isteri tersebut bertanya.
"Memangnya siapa pa mereka? Tanya pria yang membawa anak dan isteri tersebut.
"Dia anak saya pa...". Jawab pria yang berada di tempat duduk sebelahnya.
"anak bapak?... Emang anak bapak yang mana?... Tanya pria tersebut kepada seorang pria paruh baya yang ada di sebelahnya.