Review menjadi hal yang penting di era konsumen yang menolak repot sewaktu mendapatkan produk atau jasa: Mereka seolah menjadi bisikan nurani yang mendorong kita untuk menyelesaikan transaksi. Lewat platform-nya masing-masing, para reviewer memberikan informasi dan ajakan yang sedikit banyak memengaruhi keputusan kita sebagi konsumen. Dan kabar baiknya, seharusnya semua orang (bahkan termasuk Anda) juga bisa menjadi seorang reviewer.
Ini adalah tulisan pembuka dari seri tulisan #BelajarJadiReviewer yang akan dirilis secara berkala untuk berbagi pengalaman saya di dunia kepenulisan dan interaksi dengan sesama reviewer baik yang berlatar media atau pembuat konten. Tulisan akan dibagikan secara berkala, kalau ada topik yang ingin dibahas, jangan sungkan untuk meninggalkan komentar atau berkirim e-mail ke eldidito@gmail.com.
"Apa yang diharapkan dari seorang reviewer?"
Ini adalah pertanyaan pembuka yang menarik untuk didiskusikan bersama. Pada dasarnya review adalah cerita. Sebuah ulasan pada dasarnya berupa cerita tentang pengalaman seseorang dalam menggunakan produk/jasa. Kisah tersebut dibagikan dan menjadi pengetahuan bagi khalayak yang membacanya, pengetahuan tersebut lantas menjadi salah satu pertimbangan dia dalam mengambil keputusan. Keputusan itu bisa jadi untuk membeli atau sebaliknya.
Dengan itu, sekarang kita akan melihat David sedang berbagi pengalamannya sewaktu mencoba smartphone yang akan dijual di Indonesia, begitu juga dengan Fitra Eri yang berkesempatan merasakan pengalaman mengendarai mobil yang baru saja diluncurkan. Kenneth Chandra dan Grantiana Lianto melalui channel Youtube "Ken and Grat" juga memperkenalkan tempat makan yang unik dan menarik disambangi. Pada dasarnya semua reviewer itu sedang berbagi pengalaman mereka kepada penontonnya dengan harapan untuk dipertimbangkan saat mereka ingin membeli smartphone, kendaraan atau ingin makan di luar rumah.
Peran reviewer makin signifikan perannya di mata brand. Di mata mereka, reviewer merupakan aset yang akan membantu untuk menghubungkan produk/layanan mereka dengan audiens pada irisan sosial tertentu. Di mata penontonnya, para reviewer memiliki peran yang penting karena apa yang ditampilkan video mereka merupakan "review jujur" yang terasa bebas dari kepentingan sehingga wajib dipercaya.
Kepada siapa ulasan dibuat?
Tentu kepada audiens-nya sendiri. Dan teknologi internet datang sebagai berkah yang menghubungkan kreator dengan penikmatnya. Terlebih lagi di era smartphone dimana pengguna bisa membagikan apapun pengalamannya melalui berbagai layanan seperti TikTok, Instagram, Facebook atau selebihnya.
Dengan bercerita pengalaman, sebetulnya kita memiliki kebebasan dalam menentukan gaya berkomunikasinya. Semakin luas audiens-nya, artinya para pembuat ulasan harus makin memikirkan agar konten yang dibuat bisa "relevan" dengan karakter penikmatnya. Itulah mengapa lantas muncul beragam gaya dalam mereview, ada yang ceplas ceplos, ada yang membubuhi dengan komedi demi menghibur penonton dan ada juga yang sekadar mengandalkan gimmick untuk tetap memberikan kejutan setiap episode.
Dan banyak cara untuk berlatih menulis review. Punya blog sendiri tentu ideal, tapi banyak platform juga untuk mengasah keterampilan ini misalnya kolom review di Google Maps, atau kolom e-commerce setelah barang tiba di rumah. Poin saya, banyak cara untuk menampilkan ulasan kita.