Lihat ke Halaman Asli

Didit Putra

TERVERIFIKASI

Komunikasi, Jurnalisme, Media sosial dan teknologi. Eks jurnalis yang sekarang belajar sebagai PR-guy.

Samsung Galaxy Camera.. Akhirnya??

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baiklah, saya harus akui kalau iklan satu halaman dari kamera hibrida Samsung Galaxy Camera benar-benar memancing penasaran. Edisinya bisa ditemukan di koran Kompas hari Minggu (9/12) ini. [caption id="attachment_228506" align="aligncenter" width="1024" caption="Penampakan iklan Samsung Galaxy Camera"][/caption] Kabar mengenai produk ini sebetulnya sudah tersiar beberapa bulan sebelumnya, justru sesudah ramai-ramai ponsel hibrida Nokia Pureview yang disebut-sebut bakal memasang standar baru ponsel berkamera. Samsung Galaxy Camera adalah kamera saku yang memilki sistem operasi Android dan bisa terhubung dengan internet layaknya smartphone (itulah sebabnya disematkan seri Galaxy di depannya). Dia bisa mengunduh aplikasi dari Google Play Store, bahkan chatting. Untuk saat ini, belum dipastikan apakah kamera hibrida itu memiliki fungsi teleponi. Dari perjalanan mengunjungi situs resminya, didapatkan spesifikasi kamera ini: - 16,3 megapiksel - f/2.8 dengan 21 kali pembesaran manual - ISO sampai 3200 - kecepatan rana 16 - 1/2000 detik (kalau modus manual) - Android Jelly Bean - Layar 4,77 inchi, cukup lega layaknya smartphone pada umumnya (asal jangan dibandingkan dengan Galaxy Note ya) - well, sisanya bisa dibaca di banyak sumber :)) Tidak hanya itu, fitur unggulan pun diperkenalkan seperti modus gambar mulai slow shutter untuk menangkap air terjun sehingga terlihat seperti kapas, lampu mobil di malam hari sehingga tampak seperti garis cahaya, membekukan gerakan cepat dari olahragawan, rangkaian foto yang dijahit menjadi panorama, hingga kaya tonal layaknya HDR. Kamera video yang dimiliki juga mampu menangkap gerakan hingga 120 fps dengan resolusi 720x480 sehingga kita bisa membuat film dalam gerak lambat (yang kebetulan memang lagi happening hehehe). Fitur lainnya, mulai edit di tempat hingga pilihan untuk langsung meng-share ke jejaring media sosial begitu tombol pelepas rana selesai ditekan. Fitur terakhir inilah yang -harus jujur diakui- membuat saya kesengsem. Sebagai orang yang banyak di lapangan, pengguna Instagram, yang juga kebetulan jurnalis, mengirimkan foto dalam kecepatan tinggi adalah kebutuhan utama. Kita bisa saja dengan mudah mengambil gambar menggunakan kamera SLR, tapi kemudian kerepotan saat mengirimkannya (terlebih lagi bila berada di daerah sulit sinyal, secara Indonesia adalah...anda tahu kelanjutannya). Langkah yang biasa digunakan adalah, ambil kartu memori dari kamera -> masukkan ke card reader -> colok card reader ke laptop/komputer -> pindahkan isi kartu memori ke hard disk -> baru diolah (resize, caption, dll). Namun, dengan kamera hibrida, rantai prosedur itu dipersingkat. Begitu selesai ambil gambar, tinggal pilih mau dikirim ke e-mail atau dipoles dulu dengan aplikasi yang sudah ada. Semua selesai dilakukan tanpa harus beranjak dari posisi semula. Dengan cara ini, kantor bisa lebih cepat mendapatkan masukan dan bisa lebih cepat lagi memberikan tanggapan lebih cepat dipamerkan :). Sebelum teknologi ini ada, sudah ada upaya yang bisa dilakukan seperti teknologi Eye-Fi yang mengirimkan gambar yang dijepret dari kamera ke perangkat yang dimiliki. Sayangnya menggunakan Wi-Fi tetap bergantung pada perangkat penerima yang dekat dari kamera dan punya koneksi internet untuk bisa mengirim. Sama halnya dengan kamera berfitur Wi-Fi yang sangat mengandalkan koneksi Wi-Fi. Sekali lagi, fitur pengiriman terbatas dan anda tahu sendiri populasi hotspot Wi-Fi di Indonesia seperti apa. Sekali lagi, apa yang dilakukan Samsung dengan memperkenalkan Galaxy Camera bisa disebut sebagai terobosan karena meringkas banyak hal, tidak sekadar kamera, tapi juga ponsel (meski minus aplikasi). Barangkali di masa mendatang kita akan melihat orang sibuk chatting di kamera mereka atau memberikan perintah suara (Galaxy Camera mendukung S-Voice). Dengan penjelasan seperti ini, haruskah kita segera membelinya??? Menurut saya, lebih baik anda sedikit menahan diri dulu :). Kenapa saya berpendapat seperti demikian, ini pendapat saya... Sekali lagi, ini pendapat ya... PENGEMBANGAN. Harus diakui Samsung tidak akan gampang puas setelah merilis Galaxy Camera, apalagi jika penerimaan dari publik cukup antusias. Bisa ditebak, dalam waktu singkat, mereka akan segera merilis seri-seri kamera hibrida lainnya. Tujuan pertama untuk mengembangkan seri yang sudah ada dan tujuan berikutnya adalah melayani segmen2 tertentu. Mungkin ada yang suka desain girly, tapi ada pula yang suka desain yang kokoh. Dengan demikian, siap2lah makan hati kalau dalam waktu kurang dari setahun sejak anda beli Galaxy Camera, sudah ada seri berikutnya yang dirilis seperti Galaxy Camera 2, Galaxy Camera Pro, atau nama2 generik yang bisa ditebak dari seri ponsel mereka :) Namun, pendapat saya silahkan diabaikan bila anda memang ingin menjajal teknologi ini pertama kali. Kami, masyarakat, memang butuh para early adopter untuk menjadi masukan bagi perusahaan :) PERSAINGAN. Sudah jadi hal umum dalam bisnis elektronik bahwa inovasi sebuah pabrik bisa dikejar dalam hitungan singkat oleh para kompetitor. Alasan belum ada kamera hibrida yang dirilis adalah belum ada perusahaan yang nekat dan mau coba-coba seperti dilakukan Samsung. Itulah sebabnya, bila Galaxy Camera sukses atau mendapat sambutan meriah, siap-siap pasar dibanjiri produk serupa dari kompetitor. Dengan demikian, kita akan mendapatkan pilihan lebih banyak. Barangkali ada yang suka Sony? Siapa yang suka pakai kamera Sony angkat tangan?? Atau barangkali ada merk yang bekerja sama dengan Canon/Nikon (perang suci berlanjut di kamera hibrida?), hingga akhirnya kamera hibrida buatan China yang lebih terjangkau dengan fitur yang disesuaikan pasar lokal. Artinya, sebentar lagi kita akan menghadapi banyak pilihan kamera hibrida yang sesuai dengan merk yang kita yakini maupun anggaran. Namun, dua hal itu tetap bergantung pada satu hal: bila produk Galaxy Camera ini sukses. Itulah sebabnya, bila anda memang tidak sabar segera mengutak-atik kamera hibrida, jangan ragu membeli. Samsung dan para kompetitor butuh anda untuk memastikan bahwa pasar kamera hibrida itu terbuka lebar. Biarlah kami yang terakhir hehehe Barangkali itu dulu. Bila ada pendapat (tidak menerima konsultasi cinta), silakan tinggal aspirasi di kolom komentar. Sekian --Pengguna Samsung Galaxy S2 GT-9100 (yang dibeli sebelum sadar dua bulan sesudahnya iklan Galaxy Note keluar -__- )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline