Lihat ke Halaman Asli

didit budi ernanto

menulis kala membutuhkan

Berbagi Kebahagiaan ala JNE untuk UMKM

Diperbarui: 31 Desember 2020   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sepanjang tahun 2020 ini nyaris waktu dihabiskan untuk urusan pandemi Covid-19. Imbas luar biasa dialami semua lini kehidupan yang terdampak Covid-19 ini. Termasuk juga sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Namun, di tengah keterpurukan diterpa badai pandemi Covid-19, toh masih ada UMKM yang tetap eksis bahkan menangguk kesuksesan. Hal itu setidaknya terungkap dalam sejumlah kisah Cerita JONI atau JNE On Time Integrator di channel YouTube JNE.

Seperti dialami Yusuf Rahmat pelaku UMKM berlabel Milkan. "Pandemi, Alhamdulillah penjualan justru lebih banyak," tutur Yusuf.

Memulai bisnis rajut di Binong Jati Kota Bandung tahun 2011, melalui Cerita JONI, Yusuf mengungkapkan penjualannya bahkan tidak hanya menjangkau seluruh Nusantara, melainkan hingga ke negeri jiran seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.

Yusuf memulai usaha membuat pakaian rajut yang kemudian dikirim ke Pasar Tanah Abang Jakarta. Merasa usahanya berjalan begitu-begitu saja, Yusuf lantas berinisiatif memasarkan sendiri produknya secara daring.

Usahanya ternyata terus berkembang hingga kini tak kurang sebanyak 800 model dibuatnya. "Setiap hari bisa sampai 3.000 lusinan produksi," imbuh Yusuf.

Satu hal penting dari berkembangnya usaha Yusuf adalah dirinya mampu membuka lapangan kerja bagi banyak orang, termasuk di luar Kota Bandung seperti di Garut. Ia sengaja mengirim mesin rajut supaya pengerjaan produk hingga setengah jadi bisa dilakukan di Garut. Lalu, setelah itu  dikirim lagi ke Bandung untuk proses finishing.

Perkembangan usaha di masa pandemi juga dirasakan oleh Muhammad Adzwin. Dengan produk dompet kanvas berlabel Wallts, Adzwin mampu memberi pekerjaan bagi kurang lebih 19 pekerjanya. Dengan pekerja yang ada itu, Adzwin rerata mampu memproduksi dompet sebanyak 7.000-9.000 buah setiap bulannya.

Adzwin mengisahkan di awal merintis usaha, ia memilih menjual dompet produksinya secara luring (offline). Yaitu dengan menitipkan ke berbagai toko baik di Kota Bandung maupun di luar Kota Bandung.

Hingga sekitar tahun 2018 lalu Adzwin memutuskan mengganti strategi penjualan secara daring. Penjualan luring pun praktis dihentikan.

Berbagai media sosial dimanfaatkan untuk memasarkan produknya. Strategi ini ternyata membuahkan hasil. Dompet yang dijual secara daring ini mampu menembus pasar ekspor seperti ke Hongkong dan Taiwan. "Kalau untuk pasar lokal, hampir menyeluruh di Indonesia," sebut Adzwin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline