"Tumpengnya di-Grab-keun saja." Kalimat tersebut selalu dilontarkan istri penulis ketika ada yang meminta pesanan tumpengnya dikirim ke alamat rumah si pemesan.
Tumpeng Bu Pipin. Begitulah nama populer tumpeng buatan kami. Nama yang disesuaikan dengan nama istri penulis. Sebenarnya, istri penulis bernama Vivin, namun karena lahir dan tinggal di Bandung, yang terbiasa melafalkan konsonan F/V dengan P maka orang akrab memanggilnya Bu Pipin. Bukan Bu Vivin.
Itu bukan soal. Apalah arti sebuah nama, kata Shakespeare. Tenar dengan nama Bu Pipin ternyata justru membawa hoki bagi kami.
Muasal kami mulai melayani pesanan tumpeng terjadi secara tak sengaja. Saat itu, ada mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berniat memesan tumpeng untuk syukuran wisuda. Tentunya saja bBudgetnya disesuaikan dengan kantong mahasiswa.
Istri penulis lantas menyanggupi membuat pesanan tumpeng dengan harga sesuai budget. Ternyata, tumpeng buatan istri, bisa diterima selera mahasiswa. Sejak itulah, secara gethok tular Tumpeng Bu Pipin semakin dikenal hingga order tumpeng rutin kami terima dari sivitas akademi ITB.
Di rumah, kami memang membuka warung sederhana yang menjual menu makanan yang diperuntukkan bagi mahasiswa. Kebetulan rumah kami berdekatan dengan Asrama Sangkuriang di Jalan Sangkuriang Bandung yang dihuni mahasiswa program Bidik Misi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan kos-kosan mahasiswa. Oleh karenanya, harga makanan yang kami upayakan sesuai kantong mereka.
"Warung Kadugi", begitulah nama warung kami. Kurang lebih artinya adalah warung yang harganya terjangkau. Meski murah, rasa makanan tetap kami upayakan sesuai cita rasa selera konsumen sehingga warung kami selalu laris manis.
Kini, tumpeng bisa dibilang sebagai salah satu menu makanan andalan di warung kami. Tentu saja, tumpeng yang dibuat hanya berdasarkan pesanan.
Setiap bulan April, Juli serta Oktober pesanan tumpeng biasanya mencapai puncaknya. Di bulan-bulan tersebut, merupakan saatnya wisuda ITB. Saat wisuda, biasanya, adik tingkat tasyakuran untuk kakak tingkat yang diwisuda. Selain itu, saat banyak acara di unit kegiatan mahasiswa (UKM) ITB juga merupakan puncak bagi penjualan tumpeng kami.
Di saat puncak, pernah ada pesanan 10 tumpeng dalam sehari. Rerata, saat puncak setiap hari kami bisa menerima order antara 3 tumpeng hingga 5 tumpeng.
Pangsa pasar kami memang masih didominasi sivitas akademi ITB. Sementara pesanan dari nonmahasiswa ITB mulai terus tumbuh, walau belum sebanyak pangsa pasar dari kalangan mahasiswa ITB.