Lihat ke Halaman Asli

Didin Emfahrudin

Writer, Trainer, Entrepreneur

Nampaknya Lega, Tapi Makin Menyiksa, Yakinlah!

Diperbarui: 19 April 2024   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

NAMPAKNYA LEGA, TAPI MAKIN MENYIKSA, YAKINLAH!

Oleh : Didin Emfahrudin 

(Orang Biasa Yang Ingin Bermanfaat Untuk Semua)

Sosial media benar-benar telah menjadi ajang luapan segala problema kehidupan manusia. Pagi-pagi buta kubuka Instagram. Eh, muncul kabar ada selebgram yang bunuh diri sembari live yang menggegerkan jagad maya dan jagad realita. Siang hari, ganti kubuka media sosial khas warna biru buatan Om Mark, Facebook. Wah, jangan ditanya lagi. 

Story dan feed medsos satu ini tiap hari berseliweran kegundahan demi kegundahan khususnya curhatan kaum hawa. Ada curhatan teman di kota sebelah yang memaki-maki suaminya tak bertanggungjawablah. Ingin segera diceraikan namun masih saja digantung bak di penjara besilah. Ada si suami yang mengatai istrinya betina jahanamlah. Sesama wanita bertengkar saling hina kelakuanlah. Pelakor versus istri sah saling rebutan satu pria idaman merekalah.

Pokoknya makin hari makin bingung saja kita memilah informasi yang bagus buat anak-anak kita. Apalagi di sosmed TikTok yang kini jadi keseharian hiburan mulai anak balita hingga manula. Hmmm, yang fyp tentu bukan soal bagaimana cara mengaji dan sholat yang bagus dan benar kan yah pemirsa. 

Belum lagi media YouTube yang cukup bebas diunggah apa saja dan makin menggantikan televisi hampir 90 % di tiap rumah orang Indonesia. Kalau media sosial WhatsApp, ya ... kamu yang punya temen model a, b, c, pasti tahulah gimana tiap menit status mereka yang mengguncang atau bikin meringis jari scrooler di ponsel pintarmu masing-masing.

Melihat fenomena curhat via sosmed era terkini yang makin terbuka dan semakin membahayakan dampak pengaruhnya ini. Nampaknya kita bisa menganalisa. Bahwa kebutuhan teman curhat privasi manusia kini makin terkikis. Semua informasi masalah hidup seolah bisa lega dan terselesaikan dengan mengumbarnya di media sosial kita. Padahal, ah, lega tidak makin rumit dan menambah luasnya problema iya.

Tradisi sowan Kiai, Psikolog, Guru maupun saling bertemu tabayyun antar pihak bersengketa, mencari sosok penasehat atau mediator problem solver kini sudah digantikan semua oleh ruang pemuas curhat bernama Story Social Media. Entah sampai kapan fenomena ini akan menggerus karakter bangsa kita. Penulis di sini yang juga sebagai penikmat sosial media hanya berusaha mengingatkan diri sendiri. Lebih-lebih kepada pembaca. 

Jika masih ada banyak cara yang lebih arif dan mulia untuk meluapkan segala macam problema gundah gulana kalian. Bukan dengan cara menulis dan berucap kasar di medsos dan apalagi mengakhiri hidup dengan live di sosial media. Naudzubillah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline