Lihat ke Halaman Asli

Didin Emfahrudin

Writer, Trainer, Entrepreneur

Belajar Kepada Leluhur Nusantara (Chapter 8)

Diperbarui: 25 Desember 2021   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PATRIOT YANG TAK PERNAH HABIS UNTUK DIPELAJARI DARI SEGALA RANAH DAN BERBAGAI ERA

Membincang pemikiran tokoh-tokoh peradaban Nusantara klasik, kurang lengkap rasanya jika tak mengulas tokoh sentral dari Kerajaan Majapahit. Setiap orang Indonesia hampir pasti mengetahui Majapahit, bahkan mungkin hampir seluruh sejarawan dunia telah mengenal kerajaan yang satu ini. Kenapa demikian, karena Majapahit adalah salah satu kerajaan di Nusantara yang pernah menggoreskan tinta emas di dalam sejarah peradaban umat manusia  di dunia. Hal itu bukan hanya diakui oleh bangsa kita saja, yang notabene adalah bangsa pewaris sejarah peradaban manusia Majapahit. Kegemilangan pencapaian peradaban Majapahit juga diakui oleh dunia internasional, salah satunya adalah PBB atau United Nations (UN).

UNESCO, lembaga kebudayaan PBB secara resmi telah menetapkan naskah Kakawin Nagarakretagama sebagai daftar ingatan dunia atau Memory Of The World. Naskah Kakawin Nagarakretagama yang diakui oleh UNESCO tersebut merupakan warisan peradaban Kerajaan Majapahit. Kerajaan paling masyhur yang menjadi spirit para 'Bapak Pendiri Indonesia' dalam mencapai kemerdekaan dan persatuan NKRI. Karena Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan pertama yang berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara Raya di masa lampau.

Seluruh perdikan, suku bangsa dan penduduk di kepulauan Nusantara pernah menjadi bagian dari kesatuan persemakmuraan dari Kemaharajaan Majapahit. Keberhasilan politik persatuan Nusantara Majapahit tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran tokoh kharismatik yang berada dibalik layar pemerintahannya. Tokoh kharismatik di balik pencapaian besar Majapahit tersebut tak lain dan tak bukan adalah Mahapatih Amangkubhumi Gajah Mada. Sosok patriot Majapahit yang tak pernah habis kita gali dan pelajari hingga kini.

Bicara tentang peran seorang tokoh dalam perkembangan sebuah kerajaan, rata-rata yang lebih dikenal dan terkenal adalah peran para pendirinya atau raja-raja yang pernah memimpin kerajaan tersebut. Namun berbeda kisah dengan Majapahit. Ada hal menarik dari kerajaan Majapahit ini. Dalam tiap pembahasan Kerajaan Majapahit, hampir bisa dipastikan akan menyinggung peran tokoh bernama Gajah Mada. Meskipun tokoh ini bukanlah pendiri maupun raja yang pernah memimpin Kerajaan Majapahit. Namun keberadaannya, sangat berpengaruh dalam jatuh bangun dan perkembangan peradaban Majapahit. Bahkan sepak terjang Gajah Mada, akhirnya lebih masyhur dan menjadi minat utama penelitian tentang Kerajaan Majapahit dibandingkan tokoh pendirinya sendiri, yakni Raden Wijaya.

Gajah Mada adalah tokoh Nusantara klasik yang hidup di awal abad ke-14 Masehi. Namun diperkirakan ia telah lahir di penghujung akhir abad ke-13 Masehi. Sebelum menjadi negarawan agung, Gajah Mada adalah anak rakyat biasa di salah satu desa di Kerajaan Majapahit. Dikisahkan, ia harus 'tirakat' menempa dirinya sangat keras untuk bisa lolos menjadi prajurit kerajaan. Atas kerja kerasnya tersebut, akhirnya Gajah Mada kemudian terpilih menjadi kepala pasukan 'bhayangkara'. Pasukan Bhayangkara adalah pasukan khusus pengawal raja di Kerajaan Majapahit.

Terlihatnya peran Gajah Mada di percaturan politik Kerajaan Majapahit terjadi paska wafatnya Raden Wijaya. Saat itu, terjadilah sebuah kekacauan di dalam negeri akibat pemberontakan kudeta kekuasaan. Propaganda pemberontakan tersebut menyasar pembunuhan kepada putra mahkota majapahit yakni Prabu Jayanagara. Jiwa patriotisme dan nasionalisme Gada Mada mulai tercatat di perjalanan sejarah Majapahit sejak peristiwa tersebut. Ia memilih menyelamatkan nyawa Prabu Jayanagara daripada memihak kelompok pemberontak. Karena Prabu Jayanagara ia anggap sebagai penerus sah raja selanjutnya di Kerajaan Majapahit.

Gajah Mada juga berhasil menumpas pemberontakan dan mengembalikkan stabilitas keamanan negara. Atas prestasi dan jasa besarnya tersebut, ia kemudian diangkat oleh Prabu Jayanegara sebagai patih. Gajah Mada diamanahi menjadi patih di salah wilayah nagara (baca: provinsi) Kerajaan Majapahit. Sebuah amanah yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh Gajah Mada. Karena ia sadar, dia bukan terlahir sebagai anak kalangan bangsawan. Gajah Mada akhirnya menjadi Patih di Kahuripan, dua tahun berselang ia pun diangkat menjadi patih di Daha.

Menjadi patih selama dua kali ditempat yang berbeda semakin mematangkan pemikiran ikhwal ketatanegaraan Gajah Mada. Ia juga terkenal sangat berbakti kepada negara. Banyak nagara-nagara kecil yang berniat memberontak, seperti Nagara Sadeng dan Keta. Gajah Mada dengan lihai pun menaklukkan pemberontakan-pemberontakan itu. Akhirnya nagara-nagara tersebut pun kembali ke pangkuan pemerintahan pusat Majapahit. Gajah Mada juga sangat menaruh hormat kepada semua pemimpin negaranya. Meskipun di masanya menjadi patih, terjadi beberapa pergantian kepemimpinan negara. Terbukti saat Gajah Mada menjadi patih di Kahuripan, ia sangat sopan meski dipimpin oleh seorang wanita. Seorang putri mahkota Majapahit bernama Tribuana Wijayatunggadewi yang kelak menjadi rajanya.

Ketika putri mahkota Tribuana Wijayatunggadewi menjadi Maharani Majapahit, dia membutuhkan sosok Mahapatih untuk menemaninya mengurus pemerintahan. Maharani Tribuana Wijayatunggadewi tahu, bahwa sosok paling tepat di saaat itu adalah Gajah Mada. Gajah Mada yang ia kenal di Nagara Kahuripan adalah sosok ksatria, bijaksana, fasih berbicara, teguh, tangkas, tenang namun tegas, cerdik serta jujur. Sehingga ia sangat yakin untuk memberikan amanah Mahapatih Amangkubumi kepada Gajah Mada. Dengan meminta pertimbangan kepada guru spiritualnya, akhirnya Gajah Mada menerima tawaran Maharani Tribuana Wijayatunggadewi.

Dari sinilah, petualangan Gajah Mada yang masyhur dan legendaris itu dimulai. Pelantikan Gajah Mada sebagai Mahapatih Amangkubhumi dihadiri oleh seluruh pimpinan kerajaan dan disaksikan seluruh rakyat Majapahit. Karena bertepatan dengan perayaan hari lahir kerajaan. Saat dilantik, Gajah Mada dengan gagah berani menyampaikan sebuah janji politik yang agung untuk dan demi Majapahit. Bahkan gurunya sendiri pada awalnya meragukan pelaksanaan janji politik Gajah Mada yang kemudian disebut 'Sumpah Palapa' yang melenga hingga sekarang itu. Pidato 'Sumpah Palapa' berisi visi-misi Gajah Mada  yang akan menyatukan seluruh Nusantara, untuk membangun Persemakmuran Kemaharajaan Majapahit. Ia bersumpah akan 'puasa' dengan tidak akan menikmati kemewahan duniawi sebelum berhasil menyelesaikan sumpahnya tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline