Lihat ke Halaman Asli

Didin Emfahrudin

Writer, Trainer, Entrepreneur

Belajar Kepada Leluhur Nusantara (Chapter 3)

Diperbarui: 25 Desember 2021   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

TUNTUTLAH ILMU HINGGA KE WANGSA SYAILENDRA, MESKI IA BERBEDA AGAMA DENGAN KITA 

Syailendra atau selendra adalah salah satu teknokrat Nusantara klasik yang sangat layak kita gali pemikirannya. Ada yang meyakini bahwa nama lengkap beserta gelarnya adalah Dapunta Hyang Syailendravamsa. Ia merupakan tokoh yang pernah membangun peradaban di tanah Nusantara. Diperkirakan, tokoh ini adalah manusia Nusantara klasik yang  mula-mula merintis Wangsa Syailendra sejak awal abad  masehi.

Sebelum menjadi sebuah wangsa besar. Wangsa Syailendra adalah masyarakat perdikan kecil atau sebuah kedatuan yang berada di daratan Pegunungan Dieng Jawa Tengah. Perdikan atau kedatuan yang dirintis oleh Dapunta Hyang Syailendra itu kemudian berkembang menjadi sebuah wangsa atau bangsa tersendiri yang sangat berdikari. Sebuah wangsa besar yang melahirkan kerajaan-kerajaan masyhur di Nusantara kemudian hari. Seperti Kerajaan Syailendra, Kalingga, Mataram kuno hingga Sriwijaya adalah beberapa kerajaan yang bermula dari perdikan kecil yang dirintis oleh Dapunta Hyang Syailendra.

Dapunta Hyang Syailendra pada mulanya hanya bernama Syailendra. Dapunta Hyang adalah gelar agung yang berikan oleh masyarakatnya. Gelar untuk orang yang dianggap sebagai tetua kerajaan dan tokoh yang telah berjasa dalam mendidik masyarakat. Dalam masyarakat Jawa kuno, gelar 'dapunta hyang'  berarti leluhur yang agung. Dapunta Hyang Syailendra juga terkenal dengan sebutan raja gunung. Karena istana kerajaan yang didirikannya terdapat di wilayah pegunungan. Selain mampu merekonstruksi pegunungan menjadi sebuah istana yang megah, ia juga memiliki suara yang indah serta lihai dan  produktif menciptakan syair-syair atau 'kidung'.   

Tokoh inilah yang kemudian nama dan pemikirannya dipakai menjadi induk dari sebuah bangsa besar di tanah Nusantara bernama Wangsa Syailendra itu. Wangsa besar yang pernah mencatatkan sejarah kejayaannya di dunia. Dapunta Hyang Syailendra juga adalah induk dari semua wangsa-wangsa besar lain di Nusantara. Seperti Wangsa Sanjaya, Wangsa Isyana, Wangsa Rajasa hingga Wangsa Mataram Islam. Semuanya wangsa di tanah Nusantara sebenarnya masih terkait dengan pertalian darah dan anak turun  Dapunta Hyang Syailendra. Namun karena ego persaingan antar kerajaan semakin tinggi pada saat itu. Maka para Wangsa yang berdiri setelah Wangsa Syailendra tidak lagi menggunakan nama Syailendra sebagai nama wangsa mereka. Karena nama Syailendra sudah dipatenkan oleh raja- raja yang mereka taklukkan sebelumnya. Selain itu, juga karena wangsa-wangsa besar itu secara sengaja maupun tidak sengaja telah lupa leluhur awal mereka.

Ideologi kenegarawanan Dapunta Hyang Syailendra adalah salah satu faktor utama. Yang di kemudian hari menjadi inspirasi para raja anak turunnya dalam membangun wangsa-wangsa mereka. Anak turun Dapunta Hyang Syailendra yang kemudian saling berkompetisi membesarkan wangsanya. Merintis kejayaan dari kerajaannya masing-masing di seluruh wilayah Nusantara. Kerajaan-kerajaan yang dibangun oleh anak turun Dapunta Hyang Syailendra kemudian berhasil menjadi kerajaan-kerajaan besar yang sangat masyhur. Salah satunya kerajaan tersebut adalah Kerajaan Kalingga.

Bahkan kerajaan dari anak turun Dapunta Hyang Syailendra ada yang kemudian menjadi kemaharajaan besar seperti Sriwijaya. Kemaharajaan besar yang memimpin puluhan negara bagian. Bahkan Majapahit yang dibangun oleh Wangsa Rajasa, salah satu turunan Wangsa Syailendra. Di kemudian hari mampu menjadi negeri persemakmuran kerajaan-kerajaan kecil yang wilayah kekuasannya hampir sepertiga wilayah bumi.

Dapunta Hyang Syailendra adalah peletak dasar ide komparasi agama dengan pendidikan untuk progesifitas kerajaan. Terbukti, ide dasar tersebut kemudian menjadi alasan kenapa kerajaan Kalingga, Mataram lama, Sriwijaya hingga Majapahit sangat menaruh perhatian pada kesuksesan pendidikan agama pada rakyatnya. Selain itu, Dapunta Hyang Syailendra juga sangat menaruh perhatian besar pada lembaga pendidikan agama dan sangat aktif mendirikan bangunan-bangunan megah bercorak keagamaan.

Visi dan strategi pembangunan negara yang dilakukan Dapunta Hyang Syailendra bukan hanya untuk jangka pendek. Visinya adalah jangka panjang. Bangunan keagamaan yang di dirikannya saat itu adalah simbol dari kejayaan kerajaan. Simbol kebesaran kerajaan yang dirikannya pun rata-rata berupa bangunan untuk umat agama yang dianut oleh rakyat di kerajaannya masing-masing. Jelas sekali, bahwa bangunan megah seperti Candi Borobudur yang dibuat oleh Wangsa Syailendra adalah bukti perhormatan kepada rakyatnya yang menganut Agama Buddha kala itu. Sedang, pembangunan Candi Prambanan yang menjulang tinggi tersebut dibangun untuk  rakyatnya yang beragama Hindu.

Yang kemudian menjadi pertanyaan besarnya adalah? Siapa negarawan yang mula-mula merumuskan konstruksi bangunan agung yang rumit tersebut. Dari siapakah masyarakat Nusantara klasik pada masa itu belajar tentang ilmu konstruksi pembangunan candi tersebut. Apakah mungkin, kalau pada masa itu manusia Nusantara sudah belajar ilmu konstruksi ke Eropa ataupun mendatangkan arsitek dari sana. Padahal, masyarakat Eropa di masa itu masih terjebak di zaman kegelapan. Masyarakat Nusantara yang dipimpin oleh Wangsa Syailendra pada masa itu pasti sudah memiliki para ilmuwan di negerinya sendiri. Ilmuwan yang telah merumuskan kurikulum pendidikan teknik konstruksi beserta penerapannya. Seorang ilmuwan sekaligus negarawan yang mampu menguasai ilmu konstruksi, sistem perencanaan yang matang, serta seorang penguasa yang sangat visioner dan mampu mendidik rakyatnya agar teguh menjaga haluan kerajaan.

Gagasan-gagasan yang dicetuskan Dapunta Hyang Syailendra sepertinya adalah  jawaban atas pertanyaan siapa ilmuwan konstruksi tersebut. Jawaban, kenapa para sarjana 'arsitek' Wangsa Syailendra dapat mewujudkan cita-cita pembangunan candi yang hinga kini terkenal sangat rumit untuk disaingi tersebut. Selain pendidikan ilmu konstruksi, kesuksesan pembangunan candi yang kini menjadi keajaiban dunia tersebut juga memerlukan sistem regulasi yang kuat. Sistem planing jangka panjang yang terjaga oleh para penerus raja dan seluruh rakyat kerajaan penerus. Karena penyelesaian pembangunan candi tersebut memerlukan waktu yang cukup lama. Rencana pembangunan jangka panjang yang harus dipertahankan oleh pemerintahan kerajaan. Agar pembangunan dapat berhasil meskipun rezim pemerintahan silih berganti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline