Lihat ke Halaman Asli

“Yerussalem-nya” Indonesia: Kotabaru

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa yang pertama kali anda bayangkan ketika mendengar kata Yerussalem... Mungkin diantara kita ada yang membayangkan sebuah kota yang berada di Palestina. Mungkin juga diantara kita ada yang membayangkan sebuah daerah dimana tiga agama berkumpul dalam satu lokasi yang tidak jauh satu sama lain dan melaksakan ajaran agamanya masing-masing. Atau justru ada yang membayangkan “konflik” antar agama yang terangkum dalam sejarah dunia.

Yupz, Yerussalem adalah sebuah kota yang berada di Palestina, dimana tiga agama besar dunia, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi berada dalam satu lokasi yang saling berdekatan. Menyimpan peristiwa-peristiwa sejarah-yang kata mayoritas sejarahwan adalah-konflik antar agama. Sebagai daerah dimana firman-firman “Tuhan” meyebutnya tempat yang teramat qudus dan mulia. Dan sekaligus daerah yang memberikan pelajaran kepada manusia bahwa batas-batas agama itu sangat menyatu dengan batas-batas kemanusiaan. Artinya, kedamaian atas nama Tuhan dan manusia itu bukan perkara yang sulit untuk diwujudkan.

Pembaca yang budiman, mari kita terbang ke Indonesia. Ada satu pertanyaan menarik untuk kita jawab apakah ada gambaran kota Yerussalem di negeri yang kita cintai ini, Indonesia. Dinegeri dimana mulitiagama, ras, dan budaya berada.

Minimal sama dari segi konteks dan kontak sosialnya. Jawabannya, ada..!!!

So, bukan hanya di Palestina, Yerussalem berada. Tetapi di Indonesia juga ada, yaitu di kota Gudeg, Yogyakarta. Persisnya di daerah yang namanya Kotabaru. Yapz, disinilah Yerussalem-nya Indonesia berada.

Kotabaru, sebuah daerah yang berada tidak jauh dari bentaran sungai Kali Code. Tidak jauh dari jalan Malioboro. Tidak jauh dari stasiun Lempuyangan. Dan tidak jauh pula dari Tugu kota Yogyakarta.

Kotabaru, sebuah nama daerah dimana dua agama hidup tentram berdampingan, rukun, saling gotong royong, dan jauh dari yang namanya sikap saling curiga, acuh tak acuh, atau bahkan konflik antar agama. Islam maupun Kristen masing-masing mempraktekkan ajaran agamanya tanpa ada belenggu, kekakangan atau eksklusifisme “edan”. Setiap Jum’at umat Islam menjalankan aktifitas mingguannya dengan penuh khusuk dan khidmat. Kristen pun demikian. Aktifitas ibadah mingguannya pun berlangsung dengan penuh cinta dan sukacita.

Keadaan seperti itu tumbuh dan berkembang hingga ini. Dan harus terus dipertahankan sampai hari kiamat. Di Kotabaru ini, pohon “pluralisme” menghasilkan buahnya yang manis dan disini pula lah esensi agama, yakni kedamaian dapat dirasakan dan dinikmati oleh siapa pun.

Seperti saat menjelang Agustusan tiba. Remaja Gereja (Gereja Huria dan Gereja Katholik), Remaja Masjid (Masjid Agung Syuhada), Mahasiswa, pelajar atau masyarakat yang tinggal di daerah Kotabaru selalu melakukan “penertiban” lingkungan. Penertiban dilakukan guna menyelesaikan masalah ketidaknyamanan lingkungan. Mulaidari gangguan sampah yang berserakan, dari alang-alang yang tumbuh ilegal, dari daun-daunan yang gugur sembarangan dan dari jalan-jalan trotoar yang luntur catnya.

Mereka melakukan kerja bakti tersebut tanpa ada rasa sungkan, perbedaan atau rasa kaku antara satu dengan yang lain. Semua berjalan, cair, hangat dan penuh canda tawa. Apalagi ketika istirahat datang. Semua berhenti sejenak untuk menghilangkan penat dan capek. Kemudian menyantap makanan dan minuman yang telah disediakan oleh panitia[1]. Masing-masing menyantap makanan dan minuman tanpa rasa sungkan dan dengan disertai canda tawa ria serta sesekali diselingi dengan humor yang membuat suasana semakin cair dan bersahabat. Tak tanpak rasa tegang apalagi suasana konflik.

Contoh yang lainnya ketika moment religious masing-masing agama berlangsung. Contohnya, Islam ketika bulan suci Ramadhan. Pada saat bulan Ramadhan berlangsung, masing-masing menghormati bahkan turut ikut serta menikmatinya. Seperti teman-teman gereja lakukan. Mereka membagi-bagikan minuman berupa teh dan cemilan untuk buka puasa bagi jama’ah Masjid Agung Syuhada.

Begitu juga sebaliknya, ketika Natal datang. Teman-teman Kristen merayakannya dengan penuh antusias dan suka cita. Untuk menghormatinya tidak jarang remaja Masjid ikut serta mengamankan jalannya Misa.

Walhasil aktualisasi makna agama benar-benar membuahkan suasana kedamaian, suka cita dan jauh dari yang namanya konflik.

Finally….Inilah potret Yerussalem-nya Indonesia…

Salam… Peace…!!!

[1]Perlu diketahui, makanan dan minuman yang dihidangkan adalah hasil “urunan” remaja masjid dan gereja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline