Gajahrejo merupakan sebuah desa di wilayah Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang dengan luas wilayah 15.149.000 m2. Desa ini terletak pada ketinggian 500 m dari permukaan laut. Gajahrejo merupakan salah satu desa binaan Universitas Negeri Malang yang memiliki beberapa potensi diantaranya mulai dari olahan ikan asap, tanaman toga, kopi, sampai dengan lahan perkebunan kelapa yang cukup luas. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, sebagian besar masyarakat desa Gajahrejo bekerja sebagai petani kebun kelapa sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut.
Pengembangan usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi prioritas utama dalam rangka meningkatkan nilai jual produk dan kesejahteraan masyarakat. Peranan UMKM yang ada di Indonesia menyumbang sekitar 60% dari PDB dan juga memberikan kesempatan kerja bagi banyak masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya diversifikasi IPTEKS dari kalangan akademisi kepada masyarakat setempat untuk meningkatkan nilai jual dan kualitas produk. Penerapan IPTEKS berupa TTG oleh tim pengabdi dari UM akan difokuskan pada pengolahan kelapa menjadi Virgin Coconut Oil (VCO) yaitu pada tahap pengupasan sabut kelapa.
Ada banyak permasalahan yang timbul pada proses pengolahan VCO di Gajahrejo yang memang sampai saat ini belum teratasi sepenuhnya, karena beberapa proses masih dilakukan secara konvensional. Misalnya, mulai dari pengupasan kulit buah kelapa dengan menggunakan baja silindris tajam (linggis) untuk pemisahan sabut dengan buah kelapanya, ini sangat berbahaya untuk dilakukan dengan tangan terbuka tanpa menggunakan APD (lihat gambar berikut); pemarutan dan pemerasan buah kelapa masih semi konvensional (pemerasan menggunakan tangan, tidak higienis). Dengan proses yang demikian ini mengakibatkan tingkat produksi VCO sangat rendah yaitu perlu waktu 48 jam untuk menghasilkan 10 liter VCO.
Oleh karena itu, tim pengabdi yang beranggotakan Didin Zakariya Lubis., M.Eng. (sebagai ketua), Dr. Agung Winarno, MM, Rayie Tariaranie Wiraguna SE.,MM, Prameisthy Dyah Anggraeni Isnodo, dan Kiky Mega Novella memberikan terobosan usulan terbaru sehingga dapat mengatasi kendala yang ada, berupa mesin pengupas sabut kelapa dengan mekanisme roller pressing yang dilengkapi dengan variabel pengatur kecepatan putaran secara otomastis. Kini metode pengupasan tidak lagi menggunakan tangan (manual) yang sangat berbahaya, operator (masyarakat) hanya melakukan input pada inlet mesin dan pengontrolan kerja mesin ketika sedang beroperasi. Dengan diversifikasi ini diharapkan dapat meningkatkan kuantitas produksi dan efisiensi kerja pengupasan secara signifikan. Selain itu, dengan mesin ini dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk VCO di desa Gajahrejo. Sehingga diharapkan dapat mendorong peningkatan penjualan VCO serta meningkatkan kemampuan SDM masyarakat.
Kelebihan mesin pengupas sabut kelapa yang dikembangkan ini adalah perawatan mudah, memiliki sistem pengontrol kecepatan putaran mesin, yang ini dapat disesuaikan dengan ketersediaan/ raw material dari buah kelapa itu sendiri. Memiliki penekan otomatis yang dikendalikan dengan pengaturan koefisien pegas. Kapasitas produksi yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan kuantitas pengupasan buah kelapa. Selain itu konsistensi dalam pengupasan dapat dijaga, karena mesin dapat dioperasikan 24 jam sehari non stop. Keefektifan mesin pengupas sabut kelapa ditinjau dari kualitas hasil pengupasan yang merata (terkelupas semua). Berikut pada gambar ditampilkan gambar desiminasi alat pengupas sabut kelapa di desa Gajahrejo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H