Lihat ke Halaman Asli

Didik Yandiawan

Kolektor album musik.

Taring Tajam Personifikasi Kegeraman Seringai

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13472900651023438483

15 Juli 2012. Waktu masih perlahan beranjak menuju pukul empat sore. Sore yang tergolong teduh dibandingkan beberapa hari sebelumnya di Jakarta. Lawless, sebuah outlet pakaian dan pernak-pernik ternama di kawasan Kemang dipadati oleh kawanan serigala. Bukan sembarang serigala.  Serigala berwujud manusia-manusia muda ini dinamai oleh Serigala Militia, nama fans Seringai. Mereka hadir untuk momen sekali dalam masa edar album band rock dengan basis massa yang loyal. Seringai. Ya, Seringai. Mereka meluangkan waktu spesial untuk bertemu para Serigala Militia. Sesi tanda tangan dan berbagi cerita pasca rilis album termutakhir mereka.

Jejak Fosil Taring Empat hari sebelumnya, sejarah baru tercipta ketika CD Eksklusif bertitel "Taring"  ludes dalam hitungan hari. 999 keping CD tak berdiam diri terlalu lama di etalase. Ia segera berpindah ke rak CD dan ruang dengar Serigala Militia. Fantastis. [caption id="attachment_205012" align="aligncenter" width="300" caption="Taring CD Eksklusif"][/caption] Dalam perspektif karya seni, Seringai selalu menghadirkan totalitas. Tidak ada yang dibuat ala kadarnya. Coba lihat tengkorak serigala yang menjadi penghuni tetap sampul album "Taring". Arian 13, sang vokalis, bahkan sampai menghabiskan malam panjangnya untuk sekedar mengatur elevasi dan menyempurnakan tengkorak serigala hasil goresan tangannya. Fakta berikutnya, proses rekaman album ini berlangsung selama lebih dari setahun. Tepatnya mulai Januari 2011 hingga Februari 2012. Kehadiran kisah pembuka dramatis antara dua sisi hidup mengawali lembar awal sampul album. Karya Soleh Solihun yang mengetengahkan rivalitas antara Abu Dai versus Sang Satu. Manusia suci melawan serigala raksasa. Duel dua pemimpin besar di era gelap dalam sejarah kehidupan. Berlatar belakang Jakarta di tautan abad berikutnya yang mengekalkan pertempuran antara positif dan negatif. Pertempuran yang berkepanjangan yang mencapai puncaknya pada sebuah malam penghakiman. Sang Satu dan Abu Dai sama-sama terkapar. Tak sepenuhnya menang, tak sepenuhnya kalah. "Canis Dirus" adalah track instrumental pembuka album. Ini merupakan penegasan kejantanan ala serigala, sesuai judulnya. Penutupnya tak kalah hebat: "Gaza". Track nomor 12 yang berkisah tentang situasi Gaza dengan penggambaran simfoni pahit-manis multi instrumental. Keduanya minus vokal bertenaga Arian. Berbobot, meski tanpa lirik. Muatan energi positif tertuang di dalam pengungkapan lirik dan musik Seringai. "Dilarang di Bandung", "Tragedi", dan "Serenada Membekukan Api" secara jantan mengekspresikan kemarahan dalam dosis yang pas. Tidak lebih, tidak kurang. Sekalipun ketiga lagu tersebut mengisyaratkan keprihatinan mereka terhadap fenomena janggal di sekitar kita, misalnya pelarangan konser band beraliran metal, polisi moral, dan pengagungan dogma. Mari simak penggalan liriknya berikut ini: "menabukan malam, membekukan api. sia-sia..."(Serenada Membekukan Api) atau "mereka tak perduli, kekang suaramu. kini terberangus, dilarang di Bandung!" (Dilarang di Bandung) atau "irasional.irasional. ini mulai melelahkan. tragedi, adalah melestarikan kebebalan" (Tragedi) Siapa musisi Indonesia saat ini yang mampu menghasilkan bait sejenius ini? Hitungan jari, mungkin. The Unsung Heroes Jika boleh menyebut pahlawan bagi keberhasilan album ini, maka akan terdapat banyak nama yang tertulis. Selain kuartet Arian Arifin (vokal), Ricky Siahaan (gitar), Sammy Bramantyo (bass), dan Eddy Khemod (drum), ada nama lain yang patut diketahui. Pertama, ada Jaya Roxx dan Indra Q yang bertanggung jawab pada sesi mixing dan mastering. Sama lekatnya dengan peran sound engineer Satya Adi dan Miko Setiawan yang bekerja mati-matian demi kualitas efek bebunyian dari dawai gitar dan bass. Pasukan huru-hara vokal latar melibatkan sejumlah vokalis hebat dari band hebat. Tak heran, ketika "Lissoi" atau "Program Party Seringai" mengalun, suasana batin ikut terprovokasi. Semangat kebersamaan sesuai konteks lagu sangat mengintimidasi pendengar untuk larut di dalamnya. Pun dengan nama Andi P. Mallombasang, jika tak ada kontribusinya lewat hammond dan trombone,  lagu "Gaza" dan "Dischoteque" akan berlalu tanpa decak kagum. Angkat topi terakhir tentu ditujukan untuk tiga inspirasi utama album ini. Boba Fett, tokoh antagonis dalam film Star Wars pada lagu "Fett, Sang Pemburu" menjadi tokoh pertama. Lagu ini adalah salah satu track pamungkas di album "Taring", setelah sebelumnya Seringai menghasilkan lagu bertema fiksi ilmiah berjudul "Marijuanaut" di album "Serigala Militia" (2007). Tokoh kedua adalah "Duo Kribo", Ucok Harahap (almarhum) dan Ahmad Albar. Lagu "Dischoteque" yang bercerita tentang dunia malam Jakarta yang gemerlap sekaligus gelap, merupakan tribute Seringai terhadap salah satu proyek rock legendaris Indonesia. Tokoh ketiganya? Selamat kepada segenap dalang stagnasi Indonesia. Seringai menciptakan "Lagu Lama" dan "Infiltrasi" untuk mereka. "berdiri sendiri. menjadi mandiri. tetap menyikapi. kritis dan awasi". Arian sangat brutal memuntahkan kegeramannya dari awal hingga ujung lagu berjudul "Lagu lama" ini. Terlalu skeptis? Jika anda berkata "ya", putar kembali lagu "Taring" dan anda akan menemukan sisi optimis Seringai. Lirik yang mengetengahkan tema tentang pentingnya mengutamakan proses untuk menyempurnakan hasil. Seperti album ini: sarat kematangan dan layak dikoleksi! [caption id="attachment_205024" align="aligncenter" width="300" caption="Cover Belakang "]

13472945491744355614

[/caption] "mengasah tajam. hajar masa depan. merajut mimpi. kehidupan terang. sesungguhnya, kita 'kan menang!" (Taring) +Didik Yandiawan+ Bonus: Terima kasih kepada segenap personil Seringai. Jaya terus, kawan! [caption id="attachment_205025" align="aligncenter" width="300" caption="Hadiah tanda tangan dari kawanan Serigala"]

1347294661776786042

[/caption] [caption id="attachment_205026" align="aligncenter" width="300" caption="Seringai"]

1347294956952597635

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline