Lihat ke Halaman Asli

Didik Yandiawan

Kolektor album musik.

Kemasan Album Eksklusif Selalu Dinanti Kolektor Album Musik

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1330428105976592798

 

Di tengah merosotnya angka penjualan album musik dalam format kaset dan CD belakangan ini, banyak pelaku industri musik yang menyudutkan pembajakan dan pengunduhan musik secara ilegal sebagai penyebabnya. Harus diakui, hal tersebut merupakan salah satu penyebab penurunan tingkat penjualan album musik dalam format fisik. Tetapi, apakah pelaku industri musik -dalam hal ini perusahaan rekaman, musisi, dan asosiasinya- menyadari bahwa penurunan penjualan album disebabkan karena keengganan kolektor album musik untuk membeli album fisik hanya karena kemasan album yang seadanya?

Saya adalah kolektor album musik. Lebih tepatnya kolektor album musik pemula. Saya mulai membeli album fisik dalam format kaset pita audio pada tahun 2001. Seiring waktu, pada tahun 2005 saya memutuskan untuk beralih ke album musik dalam format CD maupun DVD -khusus album konser- . Meskipun pemula dan mengoleksi album musik dari musisi tertentu saja, saya mempunyai sudut pandang tersendiri ketika memutuskan untuk membeli sebuah album musik. Selain kualitas musik yang dihasilkan musisi, saya mempunyai dua standar utama ketika memutuskan untuk membeli album musik: kemasan album dan artwork sampul album. Musisi, perusahaan rekaman, dan asosiasi industri musik adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kelangsungan industri musik. Musisi tidak sekedar menghasilkan karya musik. Perusahaan rekaman tidak sekedar memproduksi dan memasarkan album musik. Asosiasi industri musik tidak sekedar menjadi rumah bagi pelaku industri musik. Ketiganya tidak boleh menyalahkan keadaan yang bisa terjadi setiap saat di luar dugaan, seperti pembajakan dan pengunduhan musik secara ilegal. Terkadang hal-hal detail yang terlihat sederhana seperti kemasan album dan artwork sampul album masih luput dari perhatian. Fakta yang terjadi pada industri musik Indonesia, tidak semua musisi dan perusahaan rekaman peduli dengan hal tersebut. Beberapa rilisan album musik masih dipasarkan dengan kemasan yang itu-itu saja, terbungkus kotak persegi berbahan plastik  bening. Masih sangat jarang perusahaan rekaman yang merilis dalam format, kemasan, dan bahan lain. Oke, untuk alasan penyimpanan, format tersebut lebih bersahabat. Tetapi, untuk alasan estetika dan kebanggaan memilikinya, format tersebut tidak istimewa. Saya justru lebih mengapresiasi dan menaruh perhatian lebih pada album musik yang dirilis dalam format unik, misalnya kotak berbahan dasar karton, beludru, kain, plat logam, atau bahkan kulit sintetis. Terlebih lagi jika kemasannya tidak melulu kotak persegi. Bentuk kotak pizza, lingkaran, atau bola bisa dicoba. Selain unik, kemasan yang baru dan orisinil dapat menaikkan citra pembeli terhadap sebuah album musik tanpa perlu memerhatikan berapa nilai jualnya. Artwork sampul album juga demikian. Konsumen sudah jenuh dengan foto narsis ala kadarnya yang terpampang di sampul album musik. Menurut saya, musisi akan tercitrakan eksklusif bila membuat penggemarnya penasaran, sekalipun itu musisi yang baru merilis album debutnya. Kolektor musik lebih mengapresiasi album musik, setidaknya membeli dan memajangnya di rak koleksi album musik mereka, ketika artwork sampul album dihasilkan dengan seni. Percaya atau tidak, faktor tersebut juga menjadi pemicu kenaikan penjualan album musik. Bila masih ragu, musisi maupun perusahaan rekaman dapat membandingkan angka penjualan album musik musisi tertentu dari album ke album. Nampak korelasi positif antara tingginya angka penjualan album dengan kualitas artwork sampul album yang dihasilkan pada album tersebut. Tanpa perlu mengeluh lebih panjang, musisi dan perusahaan rekaman harus kembali ke tujuan awal: menghasilkan album musik yang berkualitas secara keseluruhan. Tak perlu khawatir, kolektor dan pencinta musik sejati hanya akan membeli album berkualitas. Jadi, alangkah bijak jika pelaku industri musik berkaca pada sejarah di era kejayaan industri musik di masa lalu: mereka hanya menghasilkan album musik yang berkualitas. Wajar jika status multi-platinum disematkan kepada para pelaku industri musik yang mengerjakannya dengan totalitas dan sepenuh hati. Beranikah mereka mencoba dan mengulangi era itu (lagi)? +Didik Yandiawan+ *tulisan ini juga dimuat di website pribadi saya: www.musik.didikyandiawan.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline