Lihat ke Halaman Asli

DIDIK FADILAH

Penulis / Pembaca / Pembicara / Pendengar

Dia Bukan Superman Tapi Dia adalah Pahlawan Kami di Hari Senin

Diperbarui: 18 Maret 2024   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jl. Raya Kalimalang, Kab. Bekasi (dokumen pribadi)

Cerita pagi ini, (Bekasi, 18-03-2024)

Biasanya, pada hari Senin pagi, jalanan di depan tempat tinggal saya (Tambun, Kab.Bekasi) menuju ke tempat kerja mengalami kemacetan yang lebih parah dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Hal ini mungkin terjadi karena Senin merupakan hari pertama orang-orang memulai aktivitas, seperti karyawan yang pergi bekerja, remaja yang pergi ke sekolah, dan orang tua yang mengantar anak-anak mereka ke sekolah. Ditambah lagi, cuaca pada pagi itu hujan turun sejak dini hari tanpa ada peringatan.

Berdasarkan informasi yang saya terima dari berita lalu lintas, kemacetan terjadi pada Senin pagi disebabkan oleh banyaknya orang yang memulai aktivitas mereka. Pekerja dari luar Jakarta yang biasanya pulang pada hari Jumat dan kembali ke Ibu Kota pada Senin pagi juga berkontribusi pada kepadatan ini. Akibatnya, kemacetan mulai terjadi dari daerah perbatasan hingga ke pusat kota.

Terlebih lagi pada senin pagi itu hujan telah turun, mereka semua seolah-olah sepakat untuk berangkat lebih siang, mungkin menanti hujan mereda, serentak bersama-sama tanpa janjian.

'Ketika kami melintasi jalan atau gang yang sangat sempit, yang hanya dapat dilalui oleh pengendara motor, atau ketika kami semua berkumpul di persimpangan jalan, itulah titik dimana kemacetan terjadi. Pada saat itu, kami harus bersiap untuk menghadapi ujian kesabaran, yaitu menunggu secara bergiliran untuk melewati jalan atau gang sempit tersebut.'

Ketika semua bersabar, maka secara bertahap kemacetan akan mereda dan kembali normal. Namun, ketika salah satu pengendara atau semuanya bersama-sama tidak cukup sabar, maka terjadilah kebekuan dalam pergerakan; maju tidak bisa, mundur apalagi. Kita hanya bisa pasrah pada keadaan atau berharap pengendara lain bersedia mengalah.

Ketika kami menyerah dan menanti datangnya keajaiban, tiba-tiba muncul seorang penyelamat, atau bisa juga disebut pahlawan bagi kami yang tak berdaya. Dia adalah seorang juru parkir. Bagai seorang jenderal, ia memimpin dan memberi perintah kapan harus berhenti dan kapan harus maju, memberikan instruksi dan melarang pengendara lain untuk bergerak. Semua pengendara patuh pada komandonya.

Jl. Raya Kalimalang- Bekasi (dokumen pribadi)

Dia adalah pahlawan bagi kami; tanpa kehadirannya, kami akan menerima surat peringatan atau teguran dari perusahaan karena keterlambatan masuk kerja, meskipun hanya beberapa menit. Dia juga membantu para orang tua untuk mengantarkan anak-anak mereka ke sekolah tepat waktu.

Dia bekerja dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan; jika ada yang memberi uang, dia menerimanya, tetapi jika tidak, dia tidak meminta. Dia rela bertahan dalam hujan maupun terik matahari. Ketika sebagian dari kami para pengendara memberikan uang sebesar 2000 Rupiah kepadanya, dia menyambutnya dengan gembira, seraya berkata "terima kasih, Bos". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline