Lihat ke Halaman Asli

Usman Didi Khamdani

Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

"Escobar: Paradise Lost", Tersesat di Surga Kolombia

Diperbarui: 17 Juni 2020   00:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

imdb.com

Barangkali Pablo Escobar adalah legenda yang sama terkenalnya dengan Rambo. Meski mereka sangat berbeda peran. Rambo adalah pahlawan besar yang menyelamatkan muka Amerika di banyak tempat, terutama di Vietnam. Sementara Escobar adalah penjahat besar yang membuat berang muka Amerika. Dan jika Rambo adalah tokoh fiksi yang hanya bisa kita tonton di film, maka Escobar adalah benar-benar nyata adanya.

Pablo Escobar adalah gembong narkotika besar Kolombia. Namanya melegenda hampir di seluruh penjuru dunia. Dan, seperti halnya gembong Mafia Sisilia, Don Corleone, Escobar pun adalah Godfather bagi keluarga dan banyak orang di lingkarannya. Meski, tidak semua orang tentunya.

Escobar: Paradise Lost (EPL), merupakan sebuah film yang mencoba membidik dan mengulik pribadi dan kehidupan Escobar dari berbagai sisi, baik hitam maupun putih, terutama dari sisi seorang asing, Nico. Nico adalah seorang peselancar dari Kanada yang bersama kakaknya mencoba mencari peruntungan di surga Kolombia yang menawarkan ombak yang menawan. 

EPL merupakan film thriller romantis yang dirilis pada tahun 2014 yang disutradarai oleh Andrea Di Stefano yang sekaligus penulis naskah film tersebut. EPL  bercerita tentang saat-saat menjelang Escobar menyerahkan diri kepada Pemerintah, tentang upayanya untuk mencoba terus melindungi orang-orang yang dicintainya, terutama jika kemudian hal buruk menimpa kepadanya.

Escobar memang seorang gembong narkotika, seorang penjahat besar dunia. Namun, bagi keluarga dan penduduk Kolombia pada umumnya, Escobar adalah sosok yang lembut, romantis dan penyayang dan juga sosok yang patut disegani dan dihormati. Ia ibarat Robin Hood bagi warga Kolombia.

Ia telah banyak membelanjakan hartanya untuk menolong mereka yang papa, termasuk membangun tempat-tempat ibadah di daerah yang telah ditinggalinya sejak lahir itu. Escobar telah membangunkan sebuah surga bagi warga Kolombia.

Medellin, Kolombia. 18 Juni 1991. Malam, sehari sebelum Escobar menyerahkan diri. Escobar (diperankan oleh Benecio del Toro yang sebelumnya pernah sukses membintangi sebuah biopic lain yang dirilis pada tahun 2008, Che, yang memerankan tokoh utamanya, Che Guevara) nampak gelisah, berbaring di sebuah meja di markasnya dengan membiarkan dadanya terbuka. Sesaat kemudian ia mengangkat badannya, duduk di pinggir meja.

Di depannya, di atas meja yang lain, di bawah peta Kolombia yang menempel di dinding, nampak senjata-senjata tergeletak. Tak lama seorang anak buahnya menghadap mengabarkan jika semuanya telah siap. Entah apa yang telah disiapkan. Escobar pun menyuruh mereka pergi.

Nampak kemudian Escobar berada di tepian sungai yang dikelilingi semak-semak dan pepohonan liar. Ia nampak berbicara dengan ibunya di tempat yang jauh melalui telpon yang digenggamnya. Dan sambil bersimpuh, dengan saluran telpon masih terbuka, ia pun nampak berdoa.

Lanskap berganti. Di tempat lain, di sebuah siang hari, seorang perempuan muda, Maria (diperankan oleh Claudia Traisac, seorang aktris Spanyol kelahiran 1992) nampak dengan wajah ceria, menyeruak dari dalam hujan masuk ke sebuah gereja, menghampiri Nico (diperankan oleh Josh Hutcherson, juga kelahiran 1992 yang sebelumnya membintangi juga beberapa sekuel The Hunger Games) yang tengah duduk di sebuah bangku sendirian menunggunya. Nico yang nampak pucat dan tak berdaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline