Lihat ke Halaman Asli

Usman Didi Khamdani

Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Merunut Akar Permasalahan Pandemi yang Tak Kunjung Berkesudahan

Diperbarui: 27 Mei 2020   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dtnext.in

Sejak awal hadirnya Covid-19 di negeri ini, masyarakat kita telah terbelah menjadi dua kubu. Kubu yang pertama yang sangat mempercayai bahwa Covid-19 merupakan ancaman yang nyata dan dengan tegas selalu berusaha melakukan apapun yang dirasa dapat menangkal atau mencegah serangan Covid-19. Kubu yang kedua adalah mereka yang seperti tidak begitu peduli dengan Covid-19.

Bagi kubu yang kedua, Covid-19 adalah suatu penyakit "biasa" yang kehadirannya tidaklah begitu mengancam, sebagaimana penyakit-penyakit lainnya yang sudah ada.

Kita tidak bisa memukul rata, memasukkan siapa-siapa yang berada pada kedua kubu. Karena hampir dari segala kalangan: orang pintar dan orang awam, kaum agamis dan kaum abangan, orang kaya dan orang miskin, pejabat dan rakyat biasa, semua hampir menempati kedua kubu. Dengan alasan dan keyakinannya masing-masing.

Sebenarnya masih ada satu kubu lagi, yaitu mereka yang benar-benar tidak peduli, tidak hanya dengan Covid-19 namun juga tidak peduli terhadap orang lain. Jika kubu kedua di atas, mereka seperti tidak peduli dengan Covid-19, namun sebenarnya mereka masih punya kepedulian dengan sesama.

Mereka masih bisa berdamai dan berkompromi dengan kubu yang pertama. Namun, untuk kubu yang ketiga ini, mereka hanya peduli pada diri sendiri. Mereka adalah orang-orang yang biasa mendulang di air keruh. Adanya suatu persoalan, seperti pandemi dan juga pemilu yang telah lewat, justeru menjadi ladang tersendiri untuk mencari keuntungan bagi mereka. 

Corona: Antara Virus yang Mematikan dan Hanya Biang Flu Biasa

Ya, dua pandangan yang saling bersebarangan inilah yang membuat orang terbelah menjadi dua kubu. Orang-orang yang mempercayai bahwa corona merupakan virus yang mematikan, biasanya berlandas pada data-data yang ada, baik teori-teori ataupun pernyataan-pernyataan resmi tentang virus tersebut maupun data-data statistik dan juga berita-berita yang ada yang memperlihatkan tentang ancaman nyata corona.

Sementara orang-orang yang tidak (begitu) mempercayai corona sebagai suatu virus yang mematikan, biasanya berlandas pada pengalaman empirik, terutama pengalaman langsung sehari-hari yang mereka hadapi. Mereka cenderung tidak mempercayai (lagi) teori-teori ataupun pernyataan-pernyataan dan juga data statistik tentang corona.

Mereka menganggap bahwa data-data tersebut dapat saja direkayasa. Mereka menganggap bahwa informasi yang beredar seputar corona bisa saja diada-ada. Tidak lebih, karena mereka menganggap, bahwa corona hanyalah virus flu biasa seperti virus-virus flu lainnya.

Dan kalau toh terjadi kasus kematian yang menimpa penderita corona, mereka menganggap bahwa kematian tersebut tidak semata-mata karena corona, namun lebih karena komplikasinya dengan penyakit-penyakit lain yang sudah menimpa.

Perbedaan pandangan yang menyebabkan perbedaan sikap dari kedua belah kubu terhadap corona. Perbedaan sikap, yang tentu saja menjadi kendala.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline