Cerita: Edgar Allan Poe
ORANG Prancis yang luar biasa itu, August Dupin, masih menjelaskan padaku bagaimana ia mencari jawaban atas pertanyaan siapa yang membunuh kedua wanita di rumah di Rue Morgue itu. Kami sekarang tahu sangat mungkin bagi pembunuh itu masuk dan kembali keluar melalui salah satu jendela dan tetap meninggalkan keduanya tertutup rapat, terkunci dari dalam.
Dan aku sepakat dengan Dupin saat dia katakan hanya seseorang dengan tenaga dan latihan yang sangat khusus dapat menaiki tiang penangkal petir pada sisi rumah dan karenanya masuk jendela. Tapi siapa pembunuh itu, kami masih belum tahu.
"Mari kita lihat lagi," kata dupin, "kamar di lantai empat itu. Mari sekarang kita kembali, melalui angan-angan, ke kamar yang kita lihat kemarin. Bayangkan suasananya. Pakaian berserakan di dalam kamar; nampak belum satupun yang diambil. Wanita tua itu dan anak gadisnya hampir tidak pernah meninggalkan rumah.
Mereka hanya memakai beberapa dari banyak pakaiannya. Itulah yang ditemukan di dalam kamar bagus-bagus seperti milik mereka lainnya. Jika pembunuh itu mengambil beberapa, kenapa dia tidak mengambil yang terbaik---atau mengambil seluruhnya? Dan kenapa dia mengambil sedikit pakaian dan meninggalkan seluruh uang? Hampir seluruh jumlah yang dibawa dari bank ditemukan, di dalam tas-tas, di atas lantai.
"Aku ingin kamu karenanya melupakan pemikiran polisi, pemikiran bahwa keinginan terhadap uang adalah apa yang mereka sebut motif, alasan pembunuhan itu. Pemikiran ini muncul dalam pikiran mereka saat mereka dengar uang dibawa ke rumah tiga hari sebelum pembunuhan itu.
Tapi ini hanya apa yang kita sebut kebetulan---dua hal terjadi pada waktu yang sama, tapi hanya begitu saja dan tidak karena beberapa sebab, beberapa sebab yang mempertemukannya. Kebetulan-kebetulan terjadi pada kita setiap hari dalam kehidupan kita. Jika emas adalah alasan pembunuhan itu, pembunuhnya mesti telah menjadi benar-benar seorang yang tolol melupakan dan meninggalkannya di sana.
"Tidak. Aku tidak berpikir keinginan terhadap uang adalah alasan atas pembunuhan itu. Aku pikir tidak ada alasan atas pembunuhan itu ... kecuali, mungkin, takut.
"Sekarang kita lihat pembunuhan itu sendiri. Seorang gadis terbunuh oleh cekikan-cekikan kuat di sekeliling lehernya, lalu mayatnya diletakkan pada lubang atas tungku perapian, dengan kepala ke bawah. Tidak ada pembunuhan yang biasa kita dengar seperti ini.
Ada sesuatu di sini yang tidak sesuai dengan nalar manusiawi kita, bahkan jika kita bayangkan orang yang paling gila sekalipun. Bayangkan juga, tenaga besar yang diperlukan untuk mengangkat mayat itu dari mana ia ditemukan. Tenaga beberapa orang diperlukan untuk menurunkannya.
"Ada tanda-tanda lain dari tenaga dahsyat ini. Di depan tungku perapian banyak rambut uban manusia berserakan, tercerabut dari kepala wanita tua itu. Kau lihat sendiri rambut di atas lantai itu, dan kau lihat darah dan kulit padanya. Kamu tahu dan aku tahu, tenaga yang besar diperlukan untuk mencabut dua atau tiga puluh helai rambut sekaligus. Tenaga lebih besar lagi diperlukan untuk mencabut ratusan helai rambut sekaligus. Pun, kepala wanita tua itu hampir betul terlepas dari tubuhnya. Kenapa? Untuk membunuh seorang wanita dengan pisau tidak perlu memenggal kepalanya!!