Lihat ke Halaman Asli

Didik Sedyadi

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Cerpen: Tamu dari Perbatasan

Diperbarui: 27 Oktober 2017   23:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

krepri-

Malam terakhir pelatihan di Bandung merupakan hari yang menyenangkan bagi Riris, guru muda di SMA 1506 Banyumas. Bagaimana tidak? Lima hari meninggalkan buah hati yang masih berumur dua tahun adalah merupakan siksaan batin yang cukup berat.

Kartika, buah hatinya. Gadis cilik yang lucu sedang manja-manjanya.  Tak bisa diam. Ingin selalu main ke mana saja. Sebagai ibu, tentu Riris mengikuti permintaan. Tak ada kata enggan dalam kamus kasih sayangnya.  Kecuali ketika lima hari yang lalu hendak berangkat ke Bandung, ia harus ngrerepa,harus ngabebenjokeun, dan dengan berat hati sedikit berbohong demi kebaikan.

“Tika cantik, ibu pergi dulu sebentar ya? Tika dengan nenek dulu .... ibu nggak akan lama kok!” kata Riska ketika hendak meninggalkan rumah.

“Ibuuu ...”  anak kecil itu hanya bisa mengucap singkat dengan senyuman lucunya sambil membelai pipi ibunya.

“Iya sayang....” kata Riris seraya memeluk anaknya dengan penuh perasaan. Tak terasa air matanya menitik.

Begitulah ketika ia meninggalkan buah hatinya. Tapi hari ini telah kembali berkumpul.

Ketika buah hatinya tidur, ia pandangi gadis kecil itu. Wajahnya polos. Makhluk kecil yang suci tanpa dosa. Nafasnya teratur. Bibirnya yang mungil kadang tersenyum dalam tidurnya. Riris ikut tersenyum. Dengan lembut ia cium dahinya. Getaran kasih sayang dalam dirinya semakin dalam, ketika bibirnya mengecup kulit anaknya yang lembut. Tak puas, kini ia cium pipi kedua anaknya dengan lembut, perlahan.

“Ibuu... ibuu...” Riris terhenyak mendengar gumam Kartika. Gadis cilik itu masih tidur.

“Iya sayang, ini ibu di sini sayang ..... “ ucapnya sambil mengelus-elus sinom,bulu-bulu halus  di batas dahi dan rambut kepala.

Beberapa jenak kemudian ia ikut tiduran di samping anaknya. Ketika dirasakan anaknya telah semakin terlelap dalam tidurnya, perlahan ia bangkit. Membetulkan selimut anaknya, kemudian duduk di pinggir tempat tidur.

Riris menoleh ke arah HP yang tergeletak di meja. Nafasnya dihelanya dalam-dalam. Hatinya gelisah. Ada apa dengan suaminya? Telah seminggu lebih tak ada berita dari suaminya. HP-nya tidak aktif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline