Lihat ke Halaman Asli

Didik Sedyadi

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Novel: Zaniar dan Ahmad Hong (2)

Diperbarui: 17 Maret 2016   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dok. Pribadi"][/caption]

2.     Si Jutek

 Adzan shubuh telah lewat beberapa menit. Zaniar menggeliat, kemudian membuka matanya dengan berat. Telinganya mendengar suara gemericik air gerimis. Hawa dingin terasa menerpa kakinya ketika gadis itu hendak turun. Zaniar kembali menarik kakinya, dimasukkannya kembali di bawah selimut lusuh.

“Ibu sudah bangun Bu?” tanya Zaniar memanggil ibunya.

“Sudah dari jam setengah empat tadi.”

“Hujan ya Bu?”

“Gerimis. Sholat shubuh dulu.”

“Sebentar lagi, dingin Bu.”

“Jangan manja Zan. Awas di sebelah pintu ada baskom. Airnya banyak lho!” Kata ibunya dari belakang.

“Bocor lagi ya Bu?”

“Yaaa…. Begitulah!”

Zaniar bangkit. Dilawannya udara dingin yang menerpa badannya. Ia ingat harus segera membantu ibunya menyiapkan jajanan dagangannya. Perlahan gadis itu bangkit, kemudian berjalan pelan. Seperti kata ibunya, sebelum pintu ada baskom berisi air cucuran dari atap yang bocor. Dulu, ketika ayahnya masih ada, laki-laki itu yang selalu sibuk mengurus atap bocor. Kini tak ada lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline