Lihat ke Halaman Asli

Didik Sedyadi

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Humor: Kaget Gaya Rektor

Diperbarui: 16 Februari 2016   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tahun 1986 ( tanggalnya lupa ), IKIP Semarang mengadakan acara Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1412 H. Ketika itu saya dipercaya oleh rekan-rekan aktivis kerohanian Islam menjadi Ketua Panitia Pelaksana peringatan.

Sekitar pukul 19.00 saya melakukan chek terakhir. Saya lihat tinggal dekorasi dekat podium yang nampak masih “kering” , oleh karena itu saya putuskan untuk meminjam pot bunga besar di rumah dinas Rektor (waktu itu rektornya adalah Bapak Dr. Retmono), yang berada bersebelahan dengan Auditorium .

Saya mengajak Mas Wiwin Purwosetiono (mBanjar) dan Mas Nurwibowo (Kebumen). Keduanya memakai jaket almamater. Sementara jaket saya, saya lepas, hanya memakai hem lengan panjang warna putih dan kopiah. Saya berhem putih diapit oleh rekan saya yang keduanya berjaket almamater warna kuning.

Ketika kami mengetuk pintu , Bapak Rektor sendiri yang membukakan pintu. Dengan sangat sopan beliau mempersilakan kami bertiga untuk duduk . Saya langsung menuju ke persoalan yakni akan meminjam pot bunga. Nampak perubahan raut muka beliau, namun kemudian mempersilakan kami mengangkat pot-pot besar.

Sekitar pukul 22.00 acara selesai. Rombongan mubaligh dari IAIN Walisongo dan para pejabat IKIP Semarang mengadakan acara ramah tamah (istirahat) di ruang MIPA (sebelah selatan Auditorium). Ketika acara ramah selesai , rombongan keluar meninggalkan ruangan. Saya dan rekan-rekan panitia menyambut kedatangan mereka. Ketika itu tiba-tiba Bapak Rektor berlari mendahului rombongan. Lebih kaget lagi ketika tak saya sangka beliau memeluk saya dengan erat.

Ini yang tadi saya kira mubaligh! Tak tahunya hanya mau pinjam pot!” kata beliau sambil tertawa melepas pelukannya kemudian  menepuk-nepuk pundak saya. Saya hanya senyum-senyum bingung.

Ketika acara tinggal bersama panitia, suasana menjadi gaduh. Hampir semuanya memberikan salam kepada saya. Mas Wiwin mengatakan:

Mas, tidak sembarang mahasiswa dapat dipeluk rektor lho , kecuali Mas Didik! Itu tadi kaget gaya rektor !”

Bangga juga sih, tapi terus terang yang saya heran Bapak Rektor mampu menahan rasa kagetnya dari kami mau pinjam pot hingga acara peringatan tersebut selesai sekitar pukul 22.00. Mestinya kaget kan langsung bereaksi. Beliau mungkin berfikir saya adalah mubaligh yang diapit oleh pengawal berjaket almamater. Tak tahunya hanya tenaga kasar yang akan  mengangkut pot.

Jazakumullah  Bapak Dr. Retmono , salam tuk Mas Wiwin & Nur W ***

Catatan :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline