Lihat ke Halaman Asli

Didik Sedyadi

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Humor : Buku Sihir bagi Siswa

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1411723857495651794

Tiga minggu lalu ulangan ke-1. Hanya kebetulan pas ulangan ada telepon dari bapak kepala sekolah, maka saya bicara dengan beliau di luar kelas. Praktis anak-anak tak terawasi. Sekitar sepuluh menit  telepon selesai, saya masuk kelas. Wah, alamiah banget, ada beberapa yang tertangkap basah kelihatan sedang diskusi dengan teman sebangku. Ada yang sedang menengok ke teman belakang sambil menunjuk-nunjuk pekerjaan temanya. Dan mungkin ada  bentuk kerjasamanya lain.

Saya mencoba berkeliling. Saya dekati seseorang bernama R. Saya berdiri di dekatnya saya lihat pekerjaannya hingga lama. Si R tampak tegang, Namun akhirnya saya tinggalkan. Saya tak melihat apa yang R lakukan ketika saya sudah membelakanginya.

Waktu istirahat, saya kirim SMS ketua  murid (KM) untuk menyuruh R menghadap saya di ruang lobby sekolah. Saya sudah menantinya di sofa sambil membaca buku terjemahan seperti ini  :


Ketika R datang, sengaja saya suruh duduk, dan saya katakan kepadanya:

“Tunggu sebentar ya, tanggung mbacanya nih, sebentar lagi ….. “ kata saya sambil bersandar, dengan posisi buku sedemikian sehingga si R yang duduk di hadapan saya dapat membaca judul dengan jelas.

Si R tampak gelisah, saya biarkan selama lima menit lebih. Setelah itu buku saya tutup, kemudian buku saya letakkan di meja dengan posisi mudah terbaca oleh R.

“Tadi ulangan matematikanya gampang R?”

“Mmmm….. aa…. Yaaa… sedikit.”

“Sedikit apa?”

“Sedikit sulit.”

“Bisa dapat nilai minimal 80?”

“Mmm….. mmm … bisa Pak …. “

“Oo ya syukur kalau begitu. Sudah, Cuma mau nanya gitu saja. Silakan, kembali ke kelas….”

Malam hari sekitar pukul 20.00-an saya dapat SMS dari nomor yang tidak saya kenali. Saya buka dan baca , “ ……. Maaf Pak, ini dengan R. Saya minta maaf atas kesalahan saya. Saya telah menyontek waktu ulangan tadi. Tapi kalau di her mohon her-nya jangan di kelas ya Pak, saya malu …… Terimakasih”

Saya heran. Memangnya saya  pernah menuduh ke R bahwa dia menyontek? Rasanya tidak. Saya hanya melihatnya lama di kelas dan memanggil hanya bertanya beberapa hal tidak penting.

Inikah SIHIR buku di atas hingga R mengaku padahal ditanya juga tidak? Jika “ya” maka buku milik saya itu buku keramat. Iseng saya baca tulisan di bawah judul “ cukup lima menit bahkan kurang. Anda dapat mengetahui dia berbohong atau tidak”.

NB: Bukan membantu promo nih,

buku itu saya beli di toko buku Gramedia Cirebon – Grage Mall

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline