Lihat ke Halaman Asli

Didik Djunaedi

TERVERIFIKASI

Penulis, Editor dan Penikmat Hiburan

Reuni ITB86 Bikin Susah Move On

Diperbarui: 11 Oktober 2016   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi Pribadi

Beberapa teman mengeluhkan tidak bisa mengalihkan perasaan mereka atau bahasa gaulnya gak bisa move on dari acara reuni yang mereka ikuti beberapa hari sebelumnya. Mereka bukanlah remaja kemarin sore, tetapi manusia paruh baya yang sudah mapan baik dalam karier maupun keluarga. Terdengar lebay ‘kan? Tapi itulah kenyataannya. Dalam beberapa hari terakhir mereka membicarakan dan posting foto-foto di media sosial dan arena per-chatting-an seperti grup WhatsApp.

Pada 8 Oktober lalu alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1986 atau disebut ITB86 mengadakan acara reuni yang ke-30 tahun. Acara ini benar-benar spesial karena sudah dipersiapkan sejak setahun sebelumnya melalui serangkaian acara yang mendahuluinya. Dimulai dengan buka puasa bersama pada 2015, lalu turnamen golf, gowes alias bersepeda bersama hingga penerbitan buku dan pendirian radio streaming, Radio ITB86. Dari rangkaian acara tersebut terkumpul dana dan mulai tersusun format acara puncak.

Panitia dan beberapa alumni yang terhimpun dalam grup WhatsApp saling bertukar pikiran di sela-sela chatting penuh canda. Dari sanalah bergulir ide-ide cemerlang yang satu demi satu terwujud. Mulai dari pemberian beasiswa untuk siswa dan mahasiswa yang kekurangan dana yang dinamakan G86  hingga kejuaraan catur.

Koleksi Pribadi

Tanggal 8 Oktober 2016 tercatat sebagai acara puncak yang penuh dengan keakraban dan kemeriahan tiada tara bagi alumni yang usianya menjelang setengah abad. Acara yang terselenggara di lingkungan kampus ITB itu bisa dikatakan acara nonstop pagi hingga tengah malam. Setelah pembukaan dan talk show terkait dengan buku yang diterbitkan, Work Your Passion, lalu donor darah, gelar karya alumni dan bazar peserta reuni digiring ke halaman di depan Aula Timur untuk melakukan tarian ala flashmob dan membentuk formasi 86 yang diabadikan menggunakan kamera drone.

Mereka dengan antusias mengikuti gerakan tarian diiringi lagu Hold My Hand milik Jess Glyne yang dipandu oleh Fitri, alumni Arsitektur 1986. Tidak ada tanda-tanda kelelahan dalam diri dan bahkan meminta tarian tersebut diulang. Rupanya tarian flashmob ini hanyalah pemanasan untuk acara pesta malam harinya. Wachdach Band, sebuah band lokal Bandung yang sempat ngetop di era 80-an, menggeber lagu-lagu disco 80-an milik Kool & The Gang dan sejenisnya. Sepuluh lagu lebih mengisi ruang-ruang sudut Aula Barat dan menggoda para alumni untuk berajojing di lantai ruang berasitektur kuno zaman Belanda itu.

Tidak hanya itu, rangkaian acara persembahan mereka sendiri tidak kalah seru. Beberapa alumni secara spontan naik ke atas panggung bernyanyi bersama band pembuka. Band alumni seperti Band-EL (dari jurusan Elektro) dan Eit-ti-Six juga meramaikan dengan beberapa lagu. Acara Fashion show yang setengah operet juga menunjukkan betapa alumni ITB86 memiliki energi untuk meramaikan acara. Hanya dengan melakukan latihan beberapa kali sebelumnya, mereka mampu berlenggak-lenggok dengan luwes mengenakan busana rancangan alumni sendiri, Nick (Teknik Industri) dan Dhani (Seni Rupa dan Desain).

Koleksi Pribadi

Bukan anak ITB namanya kalau tidak melakukan “keonaran” hampir di sepanjang acara. Fashion show yang sering kita saksikan biasanya penuh glamour dan tertata rapi berubah menjadi ajang tarik, cubit, hadang dan selfie sembarangan di sepanjang catwalk. Justru kejadian di luar skenario inilah yang membuat suasana jadi hidup dan meriah. 

Ah, usia jelang 50 tahun tidak merubah kelakuan mereka. Malam itu tidak berbeda dengan acara tahunan zaman mahasiswa, Malam Iota Tau Beta. Malam Iota Tau Beta adalah malam puncak setelah setiap himpunan jurusan mengadakan Opspek. Para junior menampilkan pertunjukan seni yang ditonton para senior dan diikuti dengan kegaduhan yang melegenda.

Koleksi Pribadi

Malam Reuni 30 tahun ITB86 benar-benar menciptakan keakraban di antara alumni layaknya sebuah keluarga besar yang sedang mengadakan pesta. Tidak ada rasa sungkan, malu-malu atau sejenisnya. Mereka melepas atribut direktur, CEO, pengusaha, atau gelar profesi lain. Kata jaim (jaga image) sudah tidak ada maknanya lagi malam itu. 

Bernyanyi bersama, berdansa, tertawa hingga tengah malam. Inilah cerminan kebahagiaan bertemu kawan lama, melepas kangen, dan mengulang kejadian masa kuliah dalam kondisi yang sudah berbeda: rambut memutih, kepala botak, atau tulang dan otot sudah tidak sekokoh dulu. Akan tetapi, semangat dan rasa kebersamaan melupakan sejenak keterbatasan itu. Bravo ITB86!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline