Lihat ke Halaman Asli

Didik Djunaedi

TERVERIFIKASI

Penulis, Editor dan Penikmat Hiburan

Akankah iPhone 5 Laris Manis?

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13475858441878164218

[caption id="attachment_198906" align="aligncenter" width="600" caption="Yerba Buena Center for The Arts, tempat diluncurkan iPhone 5. (Sumber: iBox Facebook)"][/caption] Tanggal 12 September 2012 berjuta pasang mata teknologi di seluruh penjuru dunia seakan tertuju ke Yerba Buena Center for the Arts, California, Amerika Serikat. Berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan khalayak sudah menantikan peristiwa ini, antusiastik dari peminat dan pesimistik dari pencela telah bersiap, pasang kuda-kuda, dan berbaur jadi satu. Semua menunggu dengan harapan dan ekspektasi mereka sendiri. Akhirnya iPhone versi terbaru  resmi diluncurkan oleh Apple Inc. dengan keynote yang dibuka oleh CEO-nya, Tim Cook. Saya tidak akan membahas dan mengulas spesifikasi iPhone seri terbaru karena saya sudah berjanji pada diri akan menyampaikan keunggulan dan kekurangannya bila telah merasakannya sendiri. Lagipula sudah banyak media yang membeberkan spesifikasi ini dengan segala opini awal setelah beberapa saat mencobanya. Ya, namanya memang iPhone 5 seperti banyak diramalkan sebelumnya. Dan secara sekilas melihat wujudnya, kita pasti sudah akrab karena sejak beberapa bulan sebelumnya telah beredar mockup dan prediksinya, bahkan ada yang mem-posting bentuk yang nyaris serupa dengan iPhone 5 ini. Hal ini pula mungkin yang membuat nilai kejutan hadirnya iPhone 5 agak berkurang. Lalu terkesan kerahasiaan Apple dalam menjaga produk terbarunya mulai longgar, tidak seperti zaman Steve Jobs masih ada. Mungkin ada nada awal kecewa setelah melihat penampakan iPhone 5. Ini lumrah dan hampir terjadi setiap kali muncul iPhone terbaru, kecuali saat iPhone original, iPhone 3G, dan iPhone 4 pertama kali diluncurkan. Jelas iPhone original menjadi pembelalak mata teknologi selebar-lebarnya. Ponsel cerdas berlayar sentuh multi tanpa stylus dengan layar yang sangat lebar dan tampilan jernih pada zamannya (bahkan sampai saat ini masih bisa diterima) adalah sang pelopor. Meskipun nada nyinyir-mencela saat itu masih terdengar, tapi setidakmya terbenamkan oleh euforia massa yang menggelora. Terbukti iPhone sukses secara inovasi dan pemasaran. Tren pasar teknologi gadget pun mengarah ke Cupertino, tidak lagi ke Finlandia markas Nokia atau Kanada dengan Blackberry-nya. Saat muncul iPhone 3G dengan desain yang berbeda dan peningkatan kemampuan yang lebih tinggi masyarakat masih teriak Wow! Akan tetapi, sebetulnya tingkat ke-Wow!-an perlahan mulai menurun karena di pasar telah beredar ponsel penyama-atau-pencoba-bunuh-sang-juara sehingga orang mulai membandingkan dan masuk ke dalam bilik-bilik yang sesuai dengan selera dan kemampuan mereka . Saat hadir iPhone 4 dengan peningkatan spesifikasi dan desain terbaik-yang-pernah-ada Apple membuktikan masih berada di puncak pemegang tren. Sorakan bernada kecewa terdengar lebih kencang saat Apple mengeluarkan seri iPhone berakhiran -S, yakni iPhone 3GS dan iPhone 4S. Banyak yang menganggap seri -S ini tidak lebih baik dari pendahulunya meskipun sebetulnya telah disematkan teknologi yang lebih maju. Namun, pasar tetap berkata lain. Penjualan iPhone berembel-embel -S tetap laris manis melebihi pendahulunya. Sekali lagi wajar saja kalau banyak ekspektasi lebih terhadap Apple karena Apple sekarang yang berdiri di tonggak pembawa arah teknologi mobile. Belum pernah ada liputan dan perhatian sebesar ini terhadap produk baru. Hal ini terjadi karena Apple sejak 2007 (lima tahun) hanya mengeluarkan 6 jenis iPhone dan tercatat semua sukses. Coba bandingkan dengan HTC yang telah mengeluarkan lebih dari 150 model dalam kurun yang sama dan Samsung menggelontorkan sekitar 244 model. Apple telah menjual sekitar 250 juta unit total dalam 5 tahun, angka yang membuat semua pihak meneteskan air liur ekonomi. Belum lagi ditambah kehadiran pembawa tren yang lain, iPad. Dan kini saham Apple terus melambung serta nilai kekayaaan perusahaan terus meroket dan menjadikan Apple perusahaan paling bernilai sepanjang sejarah, mengalahkan perusahaan minyak yang selama ini bercokol di puncak. Di Indonesia mungkin kita tidak merasakan dominasi iPhone karena di sini masih dikuasai ponsel bernama buah yang lain dan terkait dengan daya beli masyarakat pada umumnya karena iPhone termasuk smartphone segmen menengah-atas. Akan tetapi, cobalah menengok ke kota-kota besar dunia, atau tetangga kita saja seperti Singapore, Hong Kong, Sydney atau bahkan Kuala Lumpur. Sejauh mata memandang, tertumbuklah kita pada iPhone. Lalu bagaimana dengan nasib sang ragil, iPhone 5 yang baru saja dilahirkan dan akan tersedia mulai 21 September 2012 di beberapa negara? Akankah tetap laris manis? Prediksi pengamat penjualan 10 juta dalam minggu pertama peluncuran, mengalahkan iPhone 4S (terjual 4 juta di akhir pekan peluncuran) akan terwujud? Kita hanya bisa menunggu seiring waktu. Saya termasuk yang optimis, dalam beberapa hari ke depan angka mengejutkan masih akan tertera dalam berita pemesanan dan penjualan iPhone 5. Meskipun banyak yang menyangsikan desain yang ada sekarang, percayalah ini akan menjadi tren ke depan. Lalu konektor yang mengecil itu, itu salah satu hal remeh temeh yang akan diikuti oleh pihak lain pula. Kalau kita perhatikan bentuk charger ponsel lain saat ini yang mulai mengecil dan simpel, siapakah pencetusnya? Lalu kemasan yang rapi dan sederhana, ingat siapa penggagasnya? Sudah menjadi tradisi Apple memperhatikan segala aspek sacara detail dengan sentuhan desain yang clean, simple and stylish dan yang lebih penting lagi, tidak terlihat MURAHAN. Kalau kita mau melihat lagi, bukan tidak ada perbaikan dalam sektor hardware dan software dari iPhone terbaru ini. Kita mungkin telanjur berharap lebih dalam setiap kehadiran iPhone. Ini baru 5 tahun sejak pertama kali hadir iPhone, belum saatnya muncul revolusi seperti iPhone original pertama kali hadir. Mereka juga masih menikmati masa keemasannya. Hahaha... Maka, bersiaplah menyaksikan antrean panjang mengular di depan Apple Store dengan perasaan dan opini Anda masing-masing. Suka atau tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline