[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Sumber: www.cbsnews.com"][/caption] Awal minggu ini media dan pengamat teknologi dikejutkan oleh keputusan Google akan mengakuisisi Motorola Mobility senilai $12,5 milyar, yang berarti senilai $40 per saham. Sebuah angka premium yang harus dibayarkan oleh Google. Tanda-tanda ke arah ini sebetulnya sudah ada pada awal tahun ketika Fortune Tech mewawancarai Sanjay Jha, CEO Motorola Mobility yang berbicara tentang konsolidasi di tengah krisis keuangan yang dideritanya setelah Motorola terpecah menjadi dua, Motorola Solutions yang berfokus pada layanan teknologi dan Motorola Mobility yang lebih berfokus pada pembuatan handset. Saat itu Sanjay sempat mengatakan bahwa Motorola Mobility tidak akan melakukan merger dengan vendor handset lain tapi lebih pada perusahaan software yang dengan demikian akan menguatkan posisi sebuah pembuat handset. Seperti yang dikatakannya beberapa waktu lalu di Openheimer Technology & Communication Conference bahwa penciptaan software (OS) sendiri bagi vendor handset adalah penting. Hal itu rupanya yang menyiratkan kondisi saat ini. Motorola secara eksklusif memiliki Android sebagai OS-nya meskipun Google menyatakan bahwa Motorola akan tetap menjadi lisensi Android dan akan dioperasikan secara terpisah dalam keluarga Google. Hal ini tentu saja dinyatakan Google untuk menjaga hati vendor lain pengusung Android seperti Samsung, HTC dan Sony Ericsson yang tergabung dalam sebuah aliansi. Selama ini Samsung dan HTC adalah vendor berplatform Android paling sukses. Hingga saat ini Samsung, HTC, LG dan Sony Ericsson masih belum memberikan reaksi. Ada dua kemungkinan sikap yang diambil vendor-vendor besar ini. Pertama, mereka memang benar-benar senang dengan merger ini yang berarti mereka akan turut memiliki kemudahan menggunakan koleksi paten yang dimiliki Motorola. Akan tetapi, saat ini posisi Google selain menjadi partner sekaligus akan menjadi pesaing melalui Motorola. Situasi ini akan cenderung kurang menguntungkan karena mau tidak mau Motorola akan menikmati fasilitas dan layanan yang lebih baik atau setidaknya lebih dulu daripada mereka jika Google memang ingin mengontrol software dan perangkat kerasnya. Jangan lupa, business is business. Kemungkinan kedua adalah Samsung dan kawan-kawan tidak menyukai dengan kondisi baru ini dan lebih meningkatkan kerjasama mereka dengan pembuat OS lain seperti Microsoft dengan Windows Phone (WP) versi barunya. Apalagi WP saat ini mendapatkan review yang cukup baik dari banyak pengamat. Atau bisa juga para pengusung Android lain ini akan meningkatkan software atau layanannya sendiri sehingga berbeda dan lebih baik daripada Motorola, bahkan akan mengembangkan OS mereka sendiri. Bagi Google sendiri langkah akuisisi ini memang baik, meskipun harus ditebus dengan harga yang cukup mahal. Pertama, Google akan mengantongi banyak paten yang saat ini dimiliki Motorola Mobility dan memungkinkan mengembangkan perangkat dan layanan sendiri sekaligus berkompetisi langsung dengan Apple iPhone. Google pun sudah merintis jalan yang dilakukan Apple dengan menyediakan berbagai layanan pendukung seperti Google Music, Google Books dan lain-lain mirip Apple dengan iTunes dan iBooks. Selama ini Google sudah frustasi dengan banyaknya vendor berplatform Android yang disebutnya mediocre (tanggung) yang agak merusak citra Android. Kini Google akan mampu menghasilkan handset yang benar-benar sesuai standar Android melalui Motorola setelah sebelumnya berkolaborasi dengan HTC dengan Nexus One dan Samsung dengan Nexus S, meskipun keduanya belum bisa mencapai hasil maksimal dalam penjualan. Bila langkah Google mengontrol perangkat lunak dan perangkat kerasnya ini berhasil, iPhone akan mendapatkan pesaing yang setara. Bahkan Google akan mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan Apple karena selain memiliki penghasil handset dan OS, Google juga memungut pendapatan dari pengusung Android lain yang menggunakan layanannya (YouTube, Google Maps, Google Navigation, Gmail) yang konon nilainya antara $4-$6 per handset per tahun seperti dinyatakan oleh DigitalRoute. Yang jelas, kondisi apa pun yang akan terjadi sepertinya akan memberi konsumen banyak pilihan yang menarik atas smartphone dan komputer tablet yang akan hadir di pasar. Persaingan antarpelaku bisnis ini tentu tujuannya akan memperoleh perhatian calon konsumen dengan produk yang berkualitas dengan harga kompetitif. Kita layak menunggu perkembangan selanjutnya. Sumber: Fortune Tech, Wall Street Journal, CNET
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H