Lihat ke Halaman Asli

Didik Djunaedi

TERVERIFIKASI

Penulis, Editor dan Penikmat Hiburan

Euforia Google+ dan Kewaspadaan Pengguna Media Sosial

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1309690762677028920

[caption id="attachment_120366" align="aligncenter" width="680" caption="Media sosial berkembang dari masa ke masa"][/caption]

Meskipun belum resmi diluncurkan Google+ atau GooPlus atau Plus atau GP sudah menyedot perhatian pengguna jejaring sosial. Mungkin sudah saatnya Facebook tergantikan oleh media sosial lain seperti ketika Friendster mulai meredup dan berganti wujud atau Myspace, Tagged dan yang lain-lain yang ditinggalkan sebelum sempat berkibar. Facebook dengan cirinya sendiri saat ini menjadi pilihan utama banyak pengguna, selain Twitter yang berbeda format. Google+ sendiri sebetulnya mengambil format media sosial yang mendasar seperti halnya Facebook (FB) atau Friendster (FS). Mengapa saat itu FS yang sempat berjaya tiba-tiba tergantikan secara perlahan oleh Facebook dan Twitter serta lalu menghilang hingga akhirnya berubah wujud menjadi ajang game online? Untuk menjawab hal ini secara serius dan cermat memerlukan survei dan riset yang mendalam. Dan jawaban yang paling gampang adalah rasa bosan dengan tampilan begitu-begitu saja atau mulai banyaknya spam dan junk messages. Sebetulnya saat ini FB juga mulai menunjukkan gejala akan ditinggalkan penggunanya yang disebabkan alasan klasik rasa bosan dan maraknya spam serta isu keamanan data pribadi. Google+ hadir dengan iming-iming tampilan baru, walau secara mendasar masih menyertakan fitur yang ada di FB maupun FS, mulai memicu euforia penggila jejaring sosial. Tambahan jaminan tingkat keamanan yang tinggi serta integrasi dengan email akan menjadi bonus promosi tersendiri walau jaminan keamanan ini masih perlu dibuktikan. Setidaknya pengalaman menggunakan Gmail akan menjadi bekal keyakinan awal penggemar jejaring sosial untuk bergabung. Mengenai isu kerahasiaan data pribadi sama sekali tidak ada yang bisa meyakinkan, apa lagi mengingat Google mempunyai bisnis iklan yang menjadi salah satu sumber pundi kekayaannya tentu akan melihat tambahan database dari Google+ yang makin menggembung ini akan menjadi potensi yang sangat besar bagi pengiklan. Ingat isu pelacakan data pengguna yang dilakukan Google dan Apple melalui iPhone dan iPad yang lalu, walau akhirnya termentahkan dengan bantahan meyakinkan dari kedua pihak, masih membayangi ketakutan pengguna Internet atau perangkat mobile. Kita sebagai pengguna akan sangat mudah menjadi sasaran empuk bagi siapa saja, baik secara langsung maupun tak langsung melalui situs silaturahmi maya tersebut. Oleh karena itu, yang kita butuhkan adalah sikap waspada dan tidak mengumbar secara berlebihan data diri yang kita miliki. Data diri tersebut termasuk foto-foto, video maupun informasi geotagging yang menunjukkan keberadaan kita di suatu tempat pada suatu waktu. Semua itu terlihat sederhana dan semudah klik papan ketik namun dampak yang bisa ditimbulkan tak akan pernah terbayangkan. Kita sudah sering melihat data yang signifikan tentang kasus perkawinan (perselingkuhan, perceraian dll) atau kejahatan yang terkait dengan jejaring sosial. Sekali lagi, kita perlu meningkatkan kewaspadaan dan berhati-hati menanggapi sesuatu yang baru di dunia maya yang bisa berakibat apa saja. Tidak perlulah kita tergesa-gesa menjadi pengguna pertama tanpa menyadari risikonya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline