Lihat ke Halaman Asli

Tuhan Izinkan Aku Melacur (1)

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menyusuri dunia malam ibu kota di tengah dentuman musik yang terus berderap, wewangian parfum yang semerbak terbawa angin malam yang menusuk tulang, pemandangan dara-dara manis dengan balutan busana minimalis adalah sebuah pengalaman jurnalistik remang-remang yang begitu memacu adrenalin (saya juga lelaki normal,he..3x). The capital city always be crowded life, seakan menjadi patronase di tengah himpitan hidup yang mereka alami. Keramahan, kehangatan dan keintiman ditawarkan hampir di setiap sudut ruang-ruang remang ini. Saya harus menghela nafas yang cukup panjang dan butuh kearifan yang luar biasa rasanya untuk memahami “tawa dan cubitan nakal” mereka yang sedari tadi berharmoni bersama irama musik yang rancak terdengar.

Hidup adalah sebuah pilihan tapi menjual diri dengan “melacur” rasanya bukan sebuah jalan yang mudah untuk dilalui siapapun, termasuk oleh Mawar (18 tahun) pada usianya yang masih begitu belia. Di saat teman-teman seusianya tengah mendesain model masa depan dan merajut mimpi mereka melalui perjuangan menuntut ilmu. Ia justru harus lebih dini mengalami gerhana kehidupan, Menjadi Wanita Tuna Susila (WTS). Sekali lagi kalau ini adalah sebuah pilihan (tanpa bermaksud memberikan pledoi) maka butuh kebesaran hati dan jiwa untuk bisa mengambil keputusan untuk melewati jalan “hitam” itu.

Ini adalah fenomena kontradiktif. Di mata masyarakat ia dan mereka adalah sampah, benalu sosial yang ingin diberangus dalam tatanan sistem nilai. Mereka diburu, dikejar-kejar untuk dilenyapkan. Tapi tahukah anda, Mawar is “Hero”, Pahlawan bagi keluarganya. Denyut nadi bagi masa depan tiga adik-adiknya yang masih bersekolah, aliran nafas untuk memperpanjang usia ayahnya yang tengah terbaring lemah. Terlepas dari jalan yang akhirnya dia pilih, apa yang dilakukannya menurut saya adalah keputusan heroik yang tak semua orang bisa melakukannya. Sekali lagi bukan hal yang mudah untuk menjadi lilin, “Menerangi orang lain meskipun dengan membakar diri kita sendiri”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline