Lihat ke Halaman Asli

Jangan Pendam Perasaanmu (Sebuah Pengalaman Pribadi Tentang Menulis)

Diperbarui: 6 November 2015   06:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bagaimana rasanya memendam perasaan? Tanyakan kepada mereka yang tengah jatuh cinta kepada seseorang, tetapi tidak mampu untuk mengungkapkan perasaannya kepada orang yang dicintainya. Sakitnya tuh di sini... (sambil nunjuk ke dada)... he..he..

Ya, memendam perasaan, alih-alih menyelesaikan masalah justru memunculkan banyak masalah. Makan tak enak, tidur tak nyenyak. Hati resah, jiwa gelisah, pikiran tak tentu arah. Halah.. koq malah curhat sih... he..he..

Saya memang cukup fasih kalau berbicara masalah memendam perasaan, karena pernah mengalaminya sendiri... hi..hi..

Okey.. sudah.. sudah.. kita lanjutkan saja pembahasan di atas kaitannya dengan dunia tulis menulis.

Begini, maksud saya, jika kita benar-benar ingin menjadi penulis, maka haram hukumnya bagi kita memendam perasaan atas peristiwa apa pun yang kita alami. Naluri seorang penulis harus peka terhadap fenomena apa pun yang tengah terjadi.

Fenomena yang saya maksud tidak sekedar kejadian atau peristiwa yang kita atau orang lain alami, tetapi bisa juga hasil bacaan kita dari buku-buku, majalah, surat kabar, juga berita dari media. Pantang bagi seorang penulis membiarkan sejumlah peristiwa yang datang silih berganti itu berlalu begitu saja. Penulis sejati tidak akan pernah tenang sebelum menumpahkan seluruh ‘unek-unek’ yang mengganjal di hatinya---terkait dengan peristiwa yang dialaminya--- melalui sebuah tulisan.

Layaknya seseorang yang tengah memendam perasaan, seorang penulis pun tidak akan bisa makan enak dan tidak bisa tidur nyenyak sebelum mengungkapkan perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Kegelisahan akan terus-menerus menyelimuti dirinya, ketika ide-ide yang berkelebat silih berganti di otaknya belum tersalurkan melalui tulisan. Semakin ide-ide itu ditelantarkan, semakin gelisah hatinya. Semakin perasaan itu dipendam, semakin tidak tenang batinnya.

Cara paling ampuh untuk melepas kegelisahan batin adalah dengan mengungkapkan perasaan melalui kata-kata, dalam hal ini melalui tulisan. Ya, siapa pun anda, baik penulis ataupun bukan, akan mengalami relaksasi pikiran dan perasaan ketika mampu mengungkapkan apa yang ada di dalam benak ke dalam tulisan.

(Dikutip dari Naskah Buku "Menulis: Mencerahkan Pikiran, Mendamaikan Jiwa"--- dalam proses penulisan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline