Lihat ke Halaman Asli

Didiek Hartantyo

TERVERIFIKASI

Direktur Utama KAI (2020-2024)

Naik Kereta atau Naik Mobil, Mana yang Lebih "Boros" Polusi?

Diperbarui: 8 Januari 2025   11:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu acara launching favorit saya sepanjang tahun 2024 ini: Launching fitur jejak karbon di aplikasi access by KAI (Dokumentasi KAI)

Senin 23 Desember 2024 silam menjadi salah satu linimasa penting dalam perjalanan KAI menjadi transportasi masa depan yang ramah lingkungan. Di momen itu, KAI baru saja meluncurkan fitur carbon footprint yang dapat diakses di aplikasi Access by KAI. Peresmian fitur ini berlangsung di Stasiun Gambir dan dihadiri Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, beserta jajaran direksi KAI Group dan stakeholder KAI  lainnya. 

Fitur Carbon Footprint merupakan inovasi yang mengintegrasikan edukasi lingkungan ke dalam layanan transportasi. Keberlanjutan dan pelestarian lingkungan adalah prioritas utama dalam pembangunan. Melalui fitur ini, KAI ingin menegaskan bahwa kereta api tidak hanya menjadi solusi transportasi yang efisien tetapi juga ramah lingkungan. Inovasi ini adalah langkah nyata KAI untuk mendukung target pembangunan berkelanjutan dan Net Zero Emisi.

Fitur Carbon Footprint kini telah tersedia pada versi terbaru aplikasi Access by KAI (versi 6.9.11) yang dapat diunduh di Play Store dan App Store. Fitur ini memberikan estimasi emisi karbon setiap perjalanan yang dilakukan pelanggan KAI. 

Saya juga tak luput untuk mencoba fitur baru ini. Saya melihat bahwa Emisi karbon perjalanan menggunakan KA Probowangi dari Stasiun Surabaya Gubeng ke Stasiun Ketapang adalah sebesar 2,94 kg COe. Sementara itu, perjalanan dengan mobil pribadi di 

rute yang sama menghasilkan emisi karbon sebesar 8,79 kg COe, hampir tiga kali lipat lebih besar. 

Perhitungan emisi karbon pada fitur Carbon Footprint mengacu pada regulasi nasional seperti SNI ISO 14064-1:2018, serta pedoman internasional seperti Kyoto Protocol dan GHG Protocol. Validasi dilakukan melalui studi literatur, benchmarking, dan konsultasi dengan ahli transportasi, konsultan carbon accounting, serta lembaga pemerintah terkait.

Dengan fitur ini, pelanggan dapat memahami dampak positif dari penggunaan kereta api dalam mengurangi emisi karbon. Hal ini diharapkan mendorong kesadaran dan perubahan perilaku masyarakat dalam memilih transportasi yang lebih berkelanjutan

Inovasi fitur Carbon Footprint ini melengkapi berbagai langkah KAI dalam mendukung keberlanjutan. Sebelumnya, KAI telah menghadirkan teknologi face recognition untuk mengurangi sampah kertas dan menyediakan water station guna mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai serta penggunaan alat makan berbahan kayu (wooden cutlery) pada layanan makan di atas kereta. 

Hasil Rating ESG KAI Tembus Skor 41

Acara ini juga dihadiri oleh Bapak Wamen BUMN, Bapak Kartika Wirjoatmodjo (tengah) serta para stakeholder lainnya (Dokumentasi KAI)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline