Lihat ke Halaman Asli

Didie Yusat

Seorang wiraswasta

Menelisik Spiritualitas Koes Plus

Diperbarui: 6 Januari 2018   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Tribunnews.com

Kepergian Yon Koeswoyo vokalis utama Koes Plus bagaimanapun cukup membuat kita terkejut. Bagaimana tidak, di usianya yang sudah tidak muda lagi Mas Yon tetap semangat melantunkan lagu-lagu Koes Bersaudara-Koes Plus. Koes Plus memang  telah ditinggalkan oleh Tony Koeswoyo, sang maestro musik pop Indonesia  yang  juga  kakak kandung  Yon Koeswoyo ditahun 1987. 

Menyusul "Plus" penggebuk drum Mury yang menghadap Sang Khalik ditahun 2014 lalu. Semangat  Mas Yon memang luar biasa dan menginspirasi. Dia bagai burung yang terus bernyanyi riang. Tak pernah merasa lelah terbang, sekalipun sayap dan ekornya tak lagi sempurna. Tanpa Tony dan Mury, Koes Plus memang seperti kehilangan separuh nafas, tetapi  Mas Yon tetap bersikeras menjadikannya sepenuh nafas.

Barangkali generasi yang lahir seputaran dan menjelang  awal tahun 70-an adalah penikmat masa jaya Koes Plus. Saya bahkan masih mengingatnya dengan segar saat nonton penampilan Koes Plus di televisi hitam putih 14 inci di Klitren Lor Yogya. 

Ketika itu sedang  liburan dan masih duduk di bangku SD. Kakak saya yang masih kuliah bersama-sama teman sekostnya dengan riang menunggu penampilan Koes Plus diacara Aneka Ria TVRI. Begitu suka citanya saya ketika ternyata diajak serta untuk nonton bareng di televisi milik tetangga.

Beberapa tahun kemudian ketika sekolah SMA di Yogya, penyanyi solo seperti  Chrisye dan Dian Permana Putra mulai menggeser dominasi Koes Plus. Bersamaan dengan itu, serbuan grup dan penyanyi  barat seperti  Duran Duran, The Police, dan Genesis pun sedang merajai tangga lagu-lagu di radio swasta nasional termasuk Yogya. 

Radio dengan segmen remaja seperti Geronimo dan  UNISI yang berfrekwensi  FM  rupanya takluk untuk menuruti selera pasar yang sedang gandrung musik barat kala itu. Koes Plus seolah-olah menjadi usang. Bahkan ketika kita kebetulan mendengar lagu Koes Plus diputar, sering kali keisengan muncul dengan membarengi  suara Mas Yon (seolah-olah sedang duet), dengan nada guyonan seperti orang yang menggigil kedinginan. 

Tetapi kenangan akan Koes Plus tak pernah lapuk dimakan zaman. Ketika perlahan-lahan kita merambat menuju tua, kerinduan akan Koes Plus kembali hadir tak terbendung. Dimanapun kita berada, tak sungkan-sungkan kita ikut berdendang ketika lagu-lagu Koes Plus diperdengarkan.

Koes Plus memang fenomenal. Tak ada satupun grup musik dimuka bumi ini yang melahirkan lebih kurang  100 album dengan lebih 1000 lagu diciptakan. Mulai dari pop, pop Jawa, Pop Barat, Melayu, Keroncong, Folk Song,  hard beat  hingga lagu-lagu Natal dan Qasidah bahkan juga lagu anak-anak yang sangat riang dengan syair nan mendidik.

Nasionalisme Koes Plus untuk bumi pertiwi memang sungguh dahsyat. Bukan hanya karena menciptakan lagu Nusantara hingga sembilan serie. Tetapi lagu-lagu dengan lirik yang sederhana ternyata mengandung makna yang begitu dalam. Sehingga menyemai benih-benih rasa nasionalisme untuk bangga mencintai tanah air tercinta ini.  

Lihatlah bagaimana suara Yok Koeswoyo yang serak dan  lembut dengan riang menggambarkan negeri ini bagai kolam susu. Sebuah negeri yang makmur loh jinawi. Bahkan tongkat kayu dan batu sekalipun jadi tanaman. 

Ada pesan yang sangat serius.  Bukankah Tuhan begitu bermurah hati menjadikan Indonesia seperti surga, bahkan topan dan badaipun enggan menghampiri nelayan kita? Koes Plus seperti  ingin mengingatkan tanpa menggurui. Kita pantas dan seharusnya selalu bersyukur untukmenjadikan negeri ini makmur bagai surga.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline