Sektor pertanian merupakan salah satu tiang penopang utama perekonomian Indonesia, karena memberikan mata pencaharian bagi jutaan rakyat Indonesia sekaligus menjadi lumbung ketahanan pangan untuk Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia tengah mempersiapkan diri untuk mewujudkan visinya menjadi negara maju pada tahun 2045, atau yang dikenal dengan Indonesia Emas 2045, maka dari itu sektor pertanian tak bisa diabaikan.
Di tengah dinamika perubahan zaman, ada sekelompok khusus di antara para petani yang dipercaya sebagai aktor kunci yang akan memegang peranan besar dalam pembentukan masa depan pertanian Indonesia yang lebih maju lagi, mereka adalah petani milenial, yaitu petani berusia 19 hingga 39 tahun yang mampu beradaptasi dengan teknologi, Dengan semangat inovasi dan kemampuan adaptif teknologi yang lebih baik dari generasi pendahulunya, mereka diharapkan dapat mengambil alih tongkat estafet pertanian dengan pendekatan baru yang memanfaatkan teknologi digital dalam praktik bertani mereka.
Petani milenial ini digadang-gadang sebagai agen perubahan, membawa harapan besar bagi transformasi pertanian Indonesia dan kontribusi terhadap pembangunan nasional.
Siapa Sebenarnya Petani Milenial?
Petani milenial bukan sekadar petani muda. Mereka adalah generasi yang melek teknologi, yang tak lagi hanya mengandalkan metode konvensional, melainkan memadukan inovasi digital dalam keseharian bertani mereka. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2023 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), petani milenial mencakup sekitar 21,07% dari total populasi petani di Indonesia, yakni 6,18 juta dari total 29,34 juta petani. Dari angka tersebut, 42,11% (atau sekitar 2,60 juta) merupakan petani milenial yang secara aktif menggunakan teknologi digital dalam menjalankan aktivitas pertanian mereka.
Generasi petani ini dipercaya memiliki potensi yang sangat besar sebagai jembatan penghubung antara pertanian masa lampau dan pertanian masa depan Indonesia.
Di satu sisi, mereka tetap menghormati warisan metode tradisional yang sudah turun-temurun, tetapi di sisi lain, mereka siap memodernisasi praktik pertanian melalui teknologi sehingga dapat memaksimalkan potensi pertanian Indonesia yang selama ini dapat dikatakan terpendam.
Kehadiran mereka seolah menjadi angin segar yang akan membawa perubahan besar dalam cara bertani di Indonesia. Namun, terlepas dari potensi mereka yang begitu besar, masih ada tantangan yang perlu dihadapi agar kontribusi petani milenial benar-benar maksimal untuk pembangunan nasional.
Teknologi sebagai Penggerak Utama Pendapatan Petani Milenial
Teknologi adalah senjata utama bagi petani milenial untuk menghadapi tantangan pertanian modern. Data dari BPS menunjukkan bahwa petani milenial yang menggunakan teknologi digital memiliki rata-rata pendapatan bulanan sebesar 2.440.237 rupiah. Ini hampir satu juta rupiah (919.449 rupiah) lebih tinggi dibandingkan mereka yang belum memanfaatkan teknologi digital dalam praktik pertanian mereka. Ini adalah bukti kuat bahwa teknologi memberikan dampak nyata terhadap kesejahteraan petani. Teknologi telah membuka peluang besar yang sebelumnya sulit dijangkau.