Lihat ke Halaman Asli

Didi

Dosen

Indikator Reflektif dan Formatif dalam Penelitian dengan Pendekatan CFA (Confirmatory Factor Analysis)

Diperbarui: 6 Desember 2023   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemahaman metode penelitian bagi "pejuang skripsi" mutlah dibutuhkan. Tidak jarang pertanyaan-pertanyaan penguji mengenai hal tsb. menjadi "batu sandungan" bagi mahasiswa sebagai point minus dalam seminar usulan penelitian, seminar hasil, maupun sidang terbuka maupun tertutup.  Seperti kita ketahui tidak semua penguji merupakan dosen pengampu mata kuliah metode riset sehingga pemahaman mahasiswa atas desain yang telah dipilihnya menjadi suatu keharusan. Hal ini dibutuhkan untuk menjawab penguji dengan "itikad positif" ingin mengetahui.

Seperti kita ketahui bersama, dalam desain penelitian kuantitatif paradigma positivism dengan teknik pengambilan data survei sering melibatkan indikator-indikator sebagai pengukur konstruks atau konsep. Indikator merupakan semua hal-hal yang teramati yang dapat membentuk atau merefleksikan variabel laten (konstruk) atau sering disebut juga variabel yang tak teramati. Ghozali, I. (2014) mendefinisikan indikator refleksif sebagai variabel manifest yang dipengaruhi oleh variabel laten, sedangkan indikator formatif sebagai variabel manifest yang mempengaruhi variabel laten. Dalam bentuk gambar model reflektif arah panah dari variabel laten ke variabel manifest (indikator), sedangkan dalam gambar model formatif arah panah kebalikan, yaitu dari variabel manifest (indikator) ke variabel laten.

Secara sederhana kita dapat menganalogikan model dengan indikator reflektif seperti ekpresi senyum, binggung, dan sedih yang diekspresikan oleh wajah. Sedangkan model dengan indikator formatif seperti mata, hidung, alis, dahi, dan telinga yang merupakan unsur-unsur pembentuk dari wajah. Sekarang bagaimana cara membedakan indikator formatif dan reflektif dan bagaimana indikator formatif dapat digunakan?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, diasumsikan kita akan mengadakan penelitian dengan variabel independen kepuasan kerja dan variabel dependen kinerja dosen. Masing-masing variabel tsb. diukur dengan indikator reflektif yaitu: untuk kepuasan kerja diukur dengan tiga indikator reflektif kesesuaian gaji, promosi, dan iklim kerja. Sedangkan untuk variabel dependen kinerja dosen diukur dengan tiga indikator yaitu: kinerja pengajaran, kinerja penelitian, dan kinerja dalam pengabdian masyarakat. Secara visual kita dapat menampilkan overall model dengan Gambar sbb.:

Dari gambar di atas, kita mengetahui variabel independen kepuasan kerja diukur dengan tiga indikator reflektif yaitu: kesesuaian gaji, promosi, dan iklim kerja, sedangkan variabel independen kinerja dosen juga diukur dengan tiga indikator reflektif yaitu: pengajaran, penelitian, dan pengabdian. Perhatikan arah panah yang kesemuanya dari konstruks variabel laten dalam bentuk oval ke masing-masing indikator dalam bentuk kotak. Hal ini menunjukan bahwa masing-masing indikator dipengaruhi oleh indikatornya. Dalam perspektif yang lain, kita dapat menguji apakah benar-benar semua indikator yang merupakan variabel manifest dari kepuasan kerja dapat merefleksikan variabel latennya, serta apakah semua indikator yang merupakan variabel manifest dari kinerja dosen dapat merefleksikan variabel latennya. Hal tsb. dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing variabel manifest atau indikator dari kepuasan kerja terhadap semua variabel manifest atau indikator dari kinerja dosen. Karena kepuasan kerja mempengaruhi kinerja dosen maka seharusnya semua indikator dari kepuasan kerja juga harus dapat mempengaruhi dari semua indikator kinerja dosen seperti divisualisasikan dengan Gambar sbb.:

Sekarang bagaimana dengan indikator reflektif? Menurut Bollen dan Lennox (1991) penggunaan indikator formatif tidak sesuai dengan classical theory atau model analisis faktor dimana terdapat banyak indikator yang digunakan untuk merefleksikan variabel latennya. Dengan demikian dapat disimpulkan indikator formatif tidak digunakan dalam penelitian dengan pendekatan CFA (Confirmatory Factor Analysis) tetapi digunakan untuk pendekatan Non-CFA yang tidak menggunakan variabel laten tetapi menganalisa hubungan sesama variabel manifest.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline