Perjalanan di Inggris #7 - Edinburgh 1
Berangkat pagi sekali dari hotel di Hammersmith ke King's Cross Station menggunakan mobil listrik dari aplikasi Uber. di UK, memilih mobil listrik dianggap sebagai mencintai lingkungan karena nol emisi. Sampai di King's Cross, langsung masuk ke stasiun yang megah dengan interior tiang-tiang putih berbentuk garis garis lengkung seperti berada di dalam rumah kelomang. Suasana yang dibangun terasa seperti tempat yang hening namun hangat sekaligus menimbulkan getaran. Interior Stasiun kereta api King's Cross tersebut bisa diberi warna khusus dengan cahaya yang menakjubkan. Pada saat lain dimunculkan suasana dengan warna ungu muda untuk memperingati hari disable (orang berbeda dengan orang kebanyakan karena kecacatan secara fisik ataupun non-fisik).
Tidak lama menunggu, setelah menikmati kopi dan snack dari Pret a Manger, jaringan makanan dan kopi yang didirikan di London tahun 1986. Nama ini agak unik dan merupakan bahasa Perancis yag berarti 'siap disantap'. Dan nama ini jaringan resto ini juga plesetan dari pret a porter yang dalam dunia fashion artinya 'siap dipakai'. Ciri khas dari toko ini adalah makanan dan minuman yang disiapkan ketika dipesan sehingga terjamin kesegaran dan kualitasnya. Toko ini juga mendonasikan makanan yang tidak terjual hari itu kepada rekanannya untuk disalurkan kepada yang memerlukan.
Sepuluh menit sebelum jadwal menuju Eidnburgh, kami sudah naik ke kereta dan siap dengan tiket digital. alhamdulillah, mendapatkan tempat duduk berhadapan, perjalanan bisa sambil ngobrol. Tepat jam 6.15 kereta mulai berjalan, mulai pelan-pelan terus semakin cepat. Di jalur LNER (North Eastern Railway) ini 11 stasiun akan dilewati dan sebagian akan berhenti untuk mengambil penumpang dan memberikan kesempatan penumpang untuk turun. Nama-nama stasiun kereta yang dilewati setelah King's Cross dan sebelum Waverley station adalah Peterborough, Grantham, Newark North Gate, Retford, Doncaster, York, Darlington, Durham, Newcastle, Alnmouth dan Berwick-upon-Tweed.
Pemandangan selama perjalanan sangat eksotis dengan padang rumput yang luas lengkap dengan domba-domba berwarna putih. Ada juga kompleks kompleks perumahan dengan halaman yang lebih luas daripada yang ada di kota London plus dengan carportmya. Tidak ada sawah padi tentunya karena orang Inggris tidak menanam padi. Tanah-tanah luas yang hijau amat menyejukkan. Sempat berjalan ke gerbong yang ada Cafe Bar untuk beli kopi dan snack. Mulai stasiun Alnmouth, setelah Newcastle, pemandangan berubah menjadi pantai sepanjang perjalanan. Ada sebagian yang tidak terlihat, namun lebih banyak pantai yang nampak tenang dan indah serta biru dari jendela kereta.
Setelah 4,5 jam perjalanan, kereta berhenti di Waverley Station sebagai penghentian terakhir, berarti kami tiba di Edinburgh!. Setelah keluar dari peron, langsung naik ke lantai dua dan berjalan sepanjang jembatan dengan suhu dingin yang mulai menusuk kulit dan tulang. Dari jembatan ketemu lift, naik lagi satu lantai dan keluar langsung memandang keramaian dari kota Edinburgh. Suhu cahaya yang rendah membuat warna-warna menjadi kontras dan indah. Tidak sabar untuk segera berjalan menyelusuri pinggir jalan yang ramai dengan orang lokal dan turis yang berjalan-jalan menikmati kota Edinburgh.
Orang kadang bertanya-tanya bagaimana menyebutkan kota Edinburgh. Bagi orang Indonesia, bukanlah hal yang mudah untuk membaca dan membunyikan suatu kata yang terdiri dari 3 kata konsonan di ujung kata secara berurutan. Pada kata Edinburgh ada 3 kata akhir konsonan 'rgh', yang kalau dibaca menggunakah bunyi kata Indonesia 'rgh' jadi 'regeh' . Setelah dipelajari, ternyata cara membaca kata Edinburgh adalah 'Edinbrah' atau 'Edinberah' jadi bukan 'Edinbrh'. Sementara orang asli Skotlandia malah membunyikannya dengan bunyi 'Embrah'.