Mendelegasikan Wewenang – Skill Pemimpin #1
Menjadi seorang pemimpin adalah keniscayaan, setidaknya kita memimpin diri kita sendiri di dalam membuat keputusan atau menentukan suatu tindakan. Ketika kita berdua, salah satu akan memimpin. Ketika bertiga, maka akan ada satu yang memimpin, dan seterusnya.
Al-Quran dalam surat Al-Baqarah ayat 30 menyatakan bahwa Allah SWT menciptakan khalifah (pemimpin) di muka bumi. Jadi jelas, menjadi pemimpin adalah sesuatu yang natural. Artinya setiap orang telah dibekali dengan skill memimpin sesuai dengan gayanya masing-masing.
Tulisan ini akan membahas tentang beberapa skill memimpin dalam situasi umum di dalam organisasi pemerintahan atau sosial. Beberapa Skill utama dari seorang pemimpin adalah:
- Mendelegasikan Wewenang
- Mendisiplinkan
- Skill Komunikasi antar personal
- Mengelola Konflik
- Mendengar Aktif
- Memberikan umpan balik positif
Pada artikel pertama ini dibahas tentang mendelegasikan wewenang sebagai salah satu skill terpenting bagi seorang pemimpin. Mendelegasikan wewenang terkait dengan pemberian arah, tugas dan petunjuk agar apa yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang diinginkan oleh pemberi arah atau tugas.
Definisi
Secara definisi, mendelegasikan mengacu pada proses pemberian tugas, dan wewenang pengambilan keputusan kepada orang lain dalam suatu tim organisasi. Pendelegasian wewenang terfokus pada pendistribusian pekerjaan berdasarkan keterampilan, kemampuan, dan bakat individu.
Dengan mendelegasikan tugas kepada anggota tim, pemimpin dapat memanfaatkan waktu dan pikiran untuk aktivitas bernilai lebih tinggi, sekaligus melibatkan, mengembangkan kapasitas anggota tim dan memberikan otonomi yang lebih besar.
Cara Mendelegasikan Wewenang
Sebelum kita membahas manfaat dari pendelegasian wewenang, kita akan lihat cara atau teknik melakukannya dengan beberapa hal penting sebagai berikut:
1. Perjelas tugas yang harus dilaksanakan
Amat penting untuk memastikan tugas yang didelegasikan jelas dan tidak ambigu. Tugas yang tidak jelas akan membuat yang diberi tugas merasa tidak yakin dengan apa yang dia harus lakukan. Kejelasan tugas dikaitkan dengan spresifikasi tugas yang harus dilaksanakan. Tugas yang terlalu umum akan membuat standar keberhasilan tugas menjadi sumir atau tidak jelas dan pasti. Nyatakanlah tugasnya dengan jelas, spesifik dan apa saja yang harus diselesaikan dan dihasilkan.
2. Berikan batas-batas wewenang
Pelimpahan wewenang bukan seperti kita memberikan cek kosong tetapi perlu diberikan batasan yang jelas. Jika kita berikan kebebasan, maka kita akan terkaget-kaget dengan apa yang akan terjadi karena biasanya dengan kebebasan dalam kewenangan, staf atau bawahan cenderung melampaui batas.
Batas-batas kewenangan tersebut mesti dikaitkan dengan butir 1 yaitu tentang kejelasan tugas yang harus dilaksanakan. Artinya batas kewenangan tersebut tidak lepas dari penugasan yang spesifik. Dalam satu kesempatan penulis pernah mengelola suatu toko koperasi. Sebagai ketua koperasi itu penulis menugaskan kepada rekan kerja yang melaksanakan pengadaan barang toko dengan nilai maksimal yang bisa dia belanjakan.
Penulis merasa cukup untuk memberi batasan tersebut. Ternyata pemberian batas tertinggi nilai untuk pengadaan barang tersebut dipahami sebagai penagadaan secara tunai dalam sehari. Para supplier atau canvasser memanfaatkan hal itu dengan mengirimkan barang namun dibayar tempo setelah 2 minggu atau 1 bulan. Yang terjadi adalah penumpukan pembayaran pada tempo 2 minggu atau 30 hari setelah barang dikirim. Dan hal tersebut mengganggu arus kas toko.
Batasan kewenangan benar-benar harus spesifik dan meliputi hampir semua kemungkinan yang terjadi. Andaikan tetap ada hal yang belum terliput, senjatanya adalah staf harus menanyakan kepada pimpinannya untuk minta pertimbangan jika ada hal-hal yang diluar perkiraan.