Kepemimpinan Autentik
Tulisan in membahas tentang Kepemimpinan Autentik, model ke empat dari artikel seri kepemimpinan. Model ini menggunakan kata awalnya autentik yang terasa biasa jika dikaitkan dengan dokumen atau benda. Namun ketika dihubungkan dengan Kepemimpinan Autentik (Authentic Leadership) agak terasa tidak biasa.
Kata Autentik sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai otentik sesuatu yang asli/tulen/sah/dapat dipercaya. Sementara itu di dalam Cambridge Dictionary disebutkan If something is authentic, it is real, true (Jika sesuatu autentik, maka sesuatu itu riil, benar) . Sementara Collins Dictionary menyatakan bahwa sesuatu yang autentik adalah that can be believed or accepted; trustworthy; reliable (yang bisa dipercaya atau diterima; terpercaya; terandal). Dan Oxford Dictionary menyatakan kata yang sama sebagai known to be real and what somebody claims it is and not a copy (diketahui sebagai riil dan apa yang diakui sebagai sesuatu dan bukan suatu tiruan).
Dari paragraf di atas bisa disimpulkan bahwa secara umum kata autentik dinyatakan sebagai asli, dapat dipercaya dan benar. Jika kita hubungkan dengan Kepemimpinan Autentik (Authentic Leadership) menjadi menarik karena nilai-nilai luhur kepemimpinan merupakan salinan atau cermin nilai keluhuran manusia yang memiliki sifat-sifat yang profetik, mulia dan agung. Sepertinya keluhuran budi seseorang menjadi ukurannya pada model ini. Masalahnya apakah ada pemimpin yang autentik?
Kepemimpinan Autentik ini adalah teori kepemimpinan dengan pendekatan yang menekankan pada keutamaan lead by example atau walk the talk dari individu pemimpin yang jujur pada dirinya dan juga pada nilai yang dia pegang ketika memimpin anak buahnya. Fokus dari kepemimpinannya adalah memperkuat rasa percaya, Transparansi, dan perilaku etik dalam kepemimpinan. Konsep ini dipopulerkan oleh Bill George yang menulis buku berjudul Authentic Leadership: Rediscovering the Secrets to Creating Lasting Value (Jossey-Bass, A Wily Imprint, 2003). Bill George menyatakan bahwa seorang pemimpin yang autentik bersifat menginspirasi dan memotivasi anak buahnya melalui ekspresi diri yang asli, tidak dibuat-buat dan berkomitmen terhadap nilai-nilai inti kepemimpinannya.
Sepertinya konsep kepemimpinan autentik ini berpusat pada pemimpinnya yang harus menjadi contoh atau teladan yang memberikan gambaran seperti apa harus bersikap dan berbuat. Sepertinya tidak mudah untuk menjadi pemimpin autentik karena tuntutannya tidak mudah. Di samping itu yang utama adalah nilai-nilai kebenaran atau kejujuran yang dipegang seorang pemimpin. Pertanyaannya, apakah ada nilai nilai yang universal terhadap kejujuran, kebaikan dan kebenaran, termasuk nilai dalam memandang manusia sebagai mahluk yang luhur.
Deasa ini, terdapat pergeseran fokus ketika dibahas tentang kualitas suatu kepemimpinan, di mana tidak lagi berfokus pada ciri-ciri (traits) tapi lebih pada perilaku yang dibutuhkan. Dan untuk Kepemimpinan Autentik ini ada beberapa perilaku yang dipersyaratkan agar masuk dalam area Kepemimpinan Autentik.
Harvard Business School menyoroti beberapa karakteristik dari Pemimpin yang Autentik yaitu:
1. Berkomitmen menjadi lebih baik
Syarat pertama sebagai pemimpin yang autentik adalah memiliki niat kuat untuk menjadi lebih baik dalam segala hal. Karena seorang pemimpin adalah contoh bagi anak buahnya, tidaklah akan menginspirasi jika tidak menunjukkan sikap dan tindakan yang akan meningkatan kualitas dirinya.
2. Menggali Kesadaran Diri Sendiri
Menyadari siapa diri sendiri dan memahami kekuatan serta kelemahan adalah cara-cara untuk menggali kesadaran diri. Kecerdasan emosi yang dikuatkan dengan pemahaman diri sendiri akan membuat dia menjadi pemimpin yang memahami dirinya sendiri di tengah lingkungan apapun yang dia masuki.