Lihat ke Halaman Asli

Didi Kurniadinata

Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Power dalam Organisasi

Diperbarui: 29 Juli 2024   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

credit to the-Definition.com

Power dalam Organisasi

Ketika kita berada di dalam suatu organisasi, baik organisasi internasional, nasional, pemerintahan, swasta bahkan organisasi sosial, akan kita rasakan adanya power yang bergerak di dalam ataupun di luar atau ke luar. Power jika kita lihat terjemahannya dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia adalah kekuatan, daya atau kekuasaan.
Dalam tulisan ini, penulis akan menggunakan kata generik, power, untuk memberikan nuansa yang sama dengan yang ingin disampaikan. Dengan satu kata Power maknanya bisa 3, yaitu daya, kekuatan dan kekuasaan, bisa yang dimiliki secara alami, bisa juga yang diberikan melalui SK (Surat Pengangkatan).

Power sering dimaknai negatif karena memberikan kesan kekuasaan yang ditunjukkan seseorang, misalnya karena power yang dia miliki, maka dia bisa mengatur promosi atau mutasi pegawai; bisa juga misalnya seseorang merasa mentok di satu level jabatan karena dia merasa tidak punya power. Yang jelas dengan power seseorang akan membuat suatu pekerjaan atau tugas terselesaikan dengan baik. Atau yang sifatnya agak lugas, adalah bahwa suatu tugas yang mandek karena beberapa faktor, akan dapat berjalan lagi dengan penggunaan power tertentu.

Karena itu, penting bagi kita semua orang untuk memahami bagaimana  suatu power ada dan terwujud di dalam organisasi. Orang yang gila kekuasaan atau power dalam konteks ini mengetahui hal ini dan mereka menggunakannya untuk keuntungan mereka dan biasanya akan merugikan orang lain. Dan penting juga bagi orang untuk melihat power sebagai alat yang dapat dimanfaatkan didampingi dengan empati, kepedulian dan etika. Sehingga apapun yang dikerjakan akan dapat terlaksana dengan perhatian dan empati serta respek kepada setiap orang yang terkait.

Ada tiga kelompok Power yang bisa dimiliki oleh kita baik seluruhnya ataupun sebagian, yaitu

Resource/Personal Power

Kendali pada sumber daya, misalnya uang, izin, data, akses dan lain-lain yang Anda miliki dan orang lain harus melewati Anda untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya di atas. Resource Power anda miliki jika Anda memiliki kendali terhadap sumber daya tersebut.

Power ini juga ada yang mengulasnya sebagai Relationship Power di mana Anda tidak memiliki sumber daya, tapi memiliki hubungan yang baik yang bisa memberikan Akses ke sumber daya tersebut. Atau ada juga yang memandang Resource Power sebagai Relationship Power atau Power hubungan, dalam arti jika kita memiliki hubungan baik dengan seseorang yang memiliki wewenang, maka apapun urusan kita akan sangat dimudahkan.

Resource Power biasanya ada karena secara kita alami sendiri, Misalnya, jika Anda memiliki hubungan dekat atau Anda memiliki hubungan pertemanan yang kuat atau hubungan keluarga, maka hubungan ini akan membantu kita untuk memudahkan banyak urusan. Yang jelas Resource Power ini bisa melekat pada diri kita, diberikan melalui SK Pengangkatan dan sifatnya tidak abadi, karena bisa setiap saat hilang ketika Anda tidak diberikan akses lagi, atau hubungan Anda tidak baik dengan seseorang yang memiliki wewenang. Meskipun tentu untuk Relationship Power tidak selamanya bisa dimanfaatkan karena tidak semua orang menyukai memiliki Power yang satu ini, apalagi didapatkan karena hubungan pribadi atau pertemanan.

Position/Role Power

Power yang satu adalah yang biasa kita dapatkan dari strutur dalam organisasi. Ketika kita memiliki staf atau bawahan, kita mulai memiliki power karena posisi atau peran kita di dalam organisasi. Dalam suatu organisasi power dalam posisi ini diberikan melalui suatu sistem dan setiap saat bisa saja hilang ketika misalnya ada SK baru yang memberhentikan kita karena satu dan lain hal.

Menariknya, meskipun jabatan yang ditentukan oleh SK Pengangkatan ini kelihatannya sangat powerful, menurut penelitian ternyata perannya di dalam organisasi dalam arti efektivitas hanya 20%. Dan ketika kita menggunakan power ini dengan cara yang tidak bijaksana dan mencoba memanfaatkannya dengan ungkapan misalnya ‘ayo jalankan tugasmu, ingat aku adalah bosmu!’, malah akan menimbulkan rasa tidak nyaman terhadap yang mendapatkan perintah. Hal itu karena ada anggapan dan pengetahuan bahwa power dalam hal jabatan atau posisi tidak abadi. Bahkan suatu pertemanan tulus bisa terganggu jika salah satu merasa lebih tinggi dari temannya karena posisi tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline