Lihat ke Halaman Asli

Didi Kurniadinata

Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Big Bang, Fenomena Alam Semesta di Dalam Al-Quran (Bagian 3)

Diperbarui: 27 Mei 2024   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

credit to NBC News

Big Bang

Untuk memahami dan membuka rahasia yang ada di dalam AL-Quran diperlukan suatu upaya obervasi terhadap alam semesta dengan fenomena dan gejala yang ada. Tanda-tanda dan bukti kebesaran sang pencipta banyak dimunculkan di alam dan itu sering dinyatakan di dalam Al-Quran. Allah SWT sang Pencipta meminta kita untuk mengamati, mengeksplorasi dan memikirkan apapun yang muncul di alam. Meskipun demikian, memahami ayat-ayat Al-Quran tidak mudah dan memerlukan beragam disiplin ilmu untuk bisa menafsirkan dan menguraikan makna yang tersurat maupun yang tersirat.  

Sebagai contoh adalah tentang proses penciptaan langit dan bumi yang Allah berikan pengetahuan kepada kita untuk dikembangkan lebih lanjut melalui ayat 30 surat Al-Anbiya, sebagai berikut:

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS. al-Anbiya/21: 30)

Memahami atau menafsirkan ayat ini sangat tidak mudah. Bagaimana menafsirkan pernyataan Al-Quran yang mengatakan bahwa langit dan bumi itu sebelumnya bersatu padu dan sesudah itu dipisahkan. kita memahami kata langit sebagai batas ruang yang tampak di atas kepala kita dan melingkupi bumi. Apakah bisa dibayangkan ada proses berpisah setelah sebelumnya menyatu?

Al-Quran diturunkan 1414 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 610 Masehi. Baru pada tahun 1931 ilmuwan asal Belgia Georges Lemaitre di dalam papernya menjelaskan tentang teori Bing Bang yang ternyata tergambar di dalam Al-Quran dalam surat Al-Anbiya tersebut.

Teori Big Bang adalah penjelasan utama bagaimana alam semesta dimulai. Sederhananya, dikatakan bahwa alam semesta yang kita kenal berawal dari sebuah titik tunggal (telur kosmos) yang sangat panas dan padat yang mengembang dan meregang, mula-mula dengan kecepatan yang tak terbayangkan, dan kemudian dengan kecepatan yang lebih terukur, selama 13,7 miliar tahun berikutnya menjadi galaksi-galaksi yang kita kenal saat ini.

Meskipun mayoritas komunitas astronomi menerima teori Big Bang tersebut, ada beberapa ahli teori yang memiliki penjelasan alternatif selain Big Bang, seperti inflasi abadi atau alam semesta yang ber-osilasi. Namun pada 1964, dengan bukti-bukti gelombang radio yang diperhitungkan berasal dari awal terbentuknya alam semesta, teori Big Bang menjadi yang paling banyak diterima sebagai teori awal dari evolusi alam semesta.

Sampai ketemu di tulisan selanjutnya, masih tentang apa yang bisa kita temukan di dalam Al-Quran, salam 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline