Lihat ke Halaman Asli

Didi Kurniadinata

Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Kultur Organisasi - Kultur Peran (Role Culture) - Model Charles Handy

Diperbarui: 21 April 2024   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

credit to Wordpress

Kultur Organisasi adalah suatu keniscayaan, karena setiap sekumpulan orang yang bekerja bersama di bawah lambang organisasi mesti mengemban nilai, prinsip dan keyakinan dalam melaksanakan sesuatu. Di dalam proses interaksinya melekat kultur organisasi.

Banyak organisasi menolak mengubah kultur mereka setelah kultur tersebut berkembang. Ada istilah fossilized culture atau kultur yang terpaku kepada yang sudah baku dan tidak mau berubah, selayaknya fosil yang tidak akan berubah bentuk. Namun, organisasi tumbuh dan berubah seiring waktu, seperti halnya makhluk hidup, dan kultur juga harus tumbuh dan berkembang agar berhasil dalam jangka panjang.

Organisasi yang paling sukses memiliki kultur yang tepat untuk apa yang mereka coba lakukan. Ketika elemen-elemen kultur tidak selaras, maka produktivitas, moral, dan efisiensi akan terdampak.

Pada artikel sebelumny apenulis mengeksplorasi ciri-ciri, kelebihan dan kekurangan dari Kultur Klub atau Kultur Power. Pada artikel ini akan kita dalami Kultur Peran atau Role Culture dari suatu organisasi.

Kultur Peran (Role Culture)

credit to Crowjack

Ketika kita membahas suatu organisasi yang memiliki kultur peran, kita membahas apa yang umumnya dipersepsikan sebagai organisasi dengan struktur organisasi, di mana ada pimpinan tertinggi dan kotak-kotak di bawahnya sebagai bawahan atau stafnya. Di bawah stafnya itu ada kotak-kotak lagi sebagai lapisan berikutnya dari manajemen. Gambaran itu menunjukkan adanya hirarki atau tingkat kewenangan yang berbeda dari satu lapisan atas  dan terus ke bawah.

Kultur Peran ini ditemukan di dalam organisasi birokratik yang besar dan hirarkis. Pendekatan organisasi berbasis peran bukan orang. Setiap peran ada namanya dan mengemban amanat tugas tertentu. Di dalam organisasi dengan kultur peran ini, stabilitas, efisiensi dan sistem kerja yang terjaga lebih penting daripada kebutuhan individu.  Misalnya ketika ada perintah dari atasan untuk menyelesaikan suatu tugas, maka keinginan atau kebutuhan individu untuk pulang cepat  atau ingin memgikuti acara keluarga tidak bisa terlaksana.

Kultur Peran sangat umum dipakai  ketika Anda bekerja di lembaga pemerintah, di  dalam suatu industri yang mengalami perubahan sangat lambat, atau di organisasi yang memiliki sejarah panjang dalam menawarkan produk yang sukses di pasar. Kultur ini juga berguna dalam industri atau situasi di mana anggota tim harus mengikuti peraturan, kebijakan, dan prosedur tertentu dalam bekerja.

Di dalam kultur peran adalah Kultur setiap karyawan diberi peran dan tanggung jawab sesuai dengan spesialisasi, kualifikasi pendidikan, dan minatnya untuk mengeluarkan yang terbaik dari dirinya. Karyawan memutuskan apa yang terbaik yang dapat mereka lakukan dan bersedia menerima tantangan di dalam area nomenklatur jabatannya.

Setiap individu bertanggung jawab atas sesuatu hal terkait dengan peran yang dipegang dan harus mengambil kepemilikan atas pekerjaan yang diberikan kepadanya. Kewenangan di dapat dari tanggung jawab dari peran berupa jabatan yang diemban.

Ciri-ciri Kultur Peran

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline