Pada tulisan ini, penulis mencoba menguraikan sedikit pengalaman penulis, selama menjadi tenaga kependidikan di sebuah sekolah swasta di kota Serang. Banyak sekali pengalaman, pembelajaran dan hikmah yang penulis dapatkan selama menjalani profesi tersebut. Penulis sangat bersyukur telah bertemu dengan para guru dan rekan tendik yang sangat luar biasa dan memiliki dedikasi menekuni bidang pendidikan, tidak lain hanya untuk kemajuan generasi muda bangsa Indonesia. Penulis baru mengerti & menyadari bahwa dedikasi dan keikhlasan adalah keutamaan serta kekuatan untuk menjadi seorang tenaga pendidik. Penulis teringat perkataan bijak nan mulia, dari guru serta orang tua yakni "kedua orang tua kandung berjasa menurunkan umat manusia dari alam kandung ke alam dunia, sedangkan guru dapat mengangkat manusia dari (derajat) alam dunia (kefanaan) ke tingkat (derajat) kemuliaan." tentu perkataan bijak tersebut, sangat luas penafsirannya, Penulis memberikan kebebasan pendapat kepada para pembaca untuk menelaah lebih jauh hal tersebut. Dalam aplikasinya tentu banyak juga kedua orang kandung, menjalani kedua peran tersebut sekaligus, yakni orang tua yang bertanggung jawab dalam menafkahi urusan keluarga, di sisi lain, juga sebagai seorang guru yang berjasa mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan akhlak mulia.
Berdasarkan pengalaman penulis yang pernah menjadi tenaga kependidikan di sebuah sekolah swasta di Kota Serang, terdapat beberapa masukan yang mungkin dapat jadi pertimbangan oleh siapa pun yang konsen, dalam pendidikan vokasi di Indonesia. Yakni pendekatan pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK/Vocational School), di mana hemat penulis, anak didik kurang memahami perkembangan yang terjadi dunia usaha industri/manufaktur, serta terdapat jurang pemisah (gap yang besar) antara pendidikan dan dunia usaha ditambah dengan kurang dekatnya pendidikan sekolah menengah kejuruan, dengan perkembangan yang terjadi pada dunia kerja. yang saat ini masuk pada era digital IT, mengalami perkembangan sangat pesat. Ditambah dengan Pandemi Covid-19 yang terjadi, gerak cepat serta penetrasi digital IT sudah masuk ke dalam berbagai sistem bidang kehidupan serta administrasi, baik itu di dunia usaha industri/manufaktur, juga sistem administrasi di pemerintahan. Digemborkan istilah "Dilan" yakni singkatan dari Digital Melayani. Sebagai contoh berbagi pengalaman misalnya, Penulis adalah lulusan tahun 2008, saat lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan negeri (SMK) di Kota Serang, pasca kelulusan dari sekolah vokasi, dikarenakan keterbatasan biaya, maka penulis memutuskan untuk mencari pekerjaan di berbagai Perusahaan. Adapun umumnya saat itu, yang penulis ketahui ialah untuk mencari lowongan pekerjaan (lowker) maka penulis harus mencari media massa koran lokal ataupun nasional, untuk mengetahui sebuah lowongan pekerjaan, namun di era serta digital IT seperti sekarang ini, media masa online tumbuh bak jamur di musim hujan dan masyarakat dengan mudah mengakses di berbagai informasi media sosial baik itu media informasi yang cakupannya nasional sampai lokal.
Jika sebuah lowongan pekerjaan sudah ditemukan, dalam media masa online atau pun media sosial, maka pihak pelamar bisa langsung apply posisi atau lowongan yang tersedia. dengan menggunakan aplikasi sistem IT yang tersedia seperti aplikasi jobstreet, JobsDB, maupun Linkedin, aplikasi tersebut sangat mudah, murah, cepat, terjamin kerahasiaannya serta diterima secara online oleh pihak perekrut tenaga kerja dari pihak dunia usaha atau industri. Berdasarkan pengalaman Penulis, saat lulus tahun 2008 betapa sulit dan langkanya informasi yang didapat, perihal lowongan pekerjaan dalam suatu perusahaan. serta dalam proses pengiriman lamaran pekerjaan saat itu, masih menggunakan metode konvensional yakni via pos, yang tentu memakan biaya pengiriman yang tidak sedikit. Akan tetapi saat ini, di era serba digital IT, semua pekerjaan itu, dapat dilakukan dengan mudah dan dikerjakan dalam waktu yang singkat.
Ada sisi positif dan negatif yang didapatkan oleh masyarakat berkat berkembangnya sistem digital IT dan berubahnya media masa dari konvensional menuju online media, serta media sosial masyarakat yang saat ini banyak digandrungi. seperti contoh di bawah ini adalah contoh positif yang dirasakan oleh masyarakat antara lain :
- Meningkatkan literasi di masyarakat
- Mudahnya masyarakat mendapatkan akses informasi
- Dengan menggunakan sistem IT, maka perusahaan media masa menurunkan cost dalam produksi informasi, karena biaya seperti proses percetakan dan distribusi akan menjadi menurun secara drastis bahkan akan hilang sama sekali.
- Cepatnya arus informasi yang didapat masyarakat, karena faktor jarak sudah tidak lagi menjadi kendala, dikarenakan siapa pun, kapan pun dan di mana pun masyarakat berada, selagi dapat mengakses internet, maka hampir semua informasi yang diinginkan akan didapatkan dan kemudahan lain sebagainya.
Adapula sisi negatif yang munkin menjadi problem di masa sekarang maupun yang akan datang, seperti contoh:
- Dengan banyaknya informasi yang beredar di media sosial, maka tidak semua informasi tersebut dapat dipastikan kebenarannya.
- Tidak adanya screening informasi yang beredar pada masyarakat tentang suatu permasalahan atau peristiwa.
- Tidak semua masyarakat memiliki literasi yang baik, sehingga besar kemungkinan informasi hoaks, berita bohong, atau informasi menyesatkan akan diterima sebagai sebuah kebenaran.
- Literasi masyarakat di Indonesia, secara umum masih rendah, sehingga banyak kasus informasi hoaks dengan sangat cepat menyebar di media sosial sehingga masyarakat harus berbenturan dengan hukum, sebagai akibat dari kurangnya literasi, sistem check and recheck sebuah informasi.
Hal-hal tersebut di atas merupakan sekelumit problem yang sekarang terjadi dan mungkin akan terus terjadi di masyarakat yang terbanjiri oleh arus informasi yang sangat cepat, sehingga jarak, waktu dan tempat, tidak lagi menjadi permasalahan dalam penerimaan informasi, yang menurut para akademisi saat ini, sudah masuk era post truth. Batas-batas pemisah negara, kultur dan daerah, seolah tidak lagi ada, bayangkan saja orang tua kita, yang hidup di zaman enam puluhan, jika ingin mendapatkan informasi membutuhkan waktu berhari-hari, baru sebuah informasi dapat diterima oleh penerima informasi. contoh kecil saja, seorang anak yang berkuliah di Yogyakarta saat sedang sakit, mengirimkan surat kepada kedua orang tuanya untuk minta di jenguk yang berada di Kota Jakarta, maka dapat dipastikan saat itu, surat tersebut akan diterima sekitar 2 sampai 7 hari kemudian. maka hal-hal seperti itu, tidak mungkin terjadi lagi di zaman serba IT ini, aplikasi pada media informasi seperti whatsapp, twitter, facebook langsung up to date, dengan hanya mengupload atau mengetikan jari-jari kita ke smartphone, maka ada beberapa ungkapan oleh para praktisi bahwa, "Dunia saat ini berada pada genggaman tangan" menjadi semakin nyata adanya.
Lantas apakah ada hubungannya dengan dunia usaha? lalu apa tantangan yang akan dihadapi anak didik kita? (yang saat ini belajar di sekolah menengah kejuruan) tentulah ada adaptasi serta tantangan yang dihadapi oleh semua pihak, termasuk dunia usaha industri maupun stakeholder-nya, yakni dunia pendidikan/institusi pendidikan dalam hal ini sekolah menengah kejuruan (SMK/Vocational School), lembaga training-training/pelatihan dan lain sebagainya, sebagai produsen/penghasil sumber daya manusia (SDM), yang bertugas untuk menyiapkan, kaderisasi, SDM yang siap untuk menjalankan roda operasional dunia usaha industri, dengan segala perubahan dan tantangannya di era digital & IT. Dunia usaha industri manufaktur memang diketahui secara umum, lebih adaptif terhadap segala macam perkembangan informasi dan teknologi yang berkembang di abad ini. Hal tersebut hemat penulis adalah hal lumrah terjadi, karena dunia industri/manufaktur, memiliki kemampuan finansial yang memadai, sebagai contoh saja dalam bidang operasi administrasinya, dunia industri sudah memanfaatkan perpaduan antara administrasi konvensional dengan IT sebagai penunjang kegiatan operasionalnya. dalam sistem transaksi internal perusahaan maupun sistem transaksi eksternalnya, dunia usaha industri sudah menggunakan sebuah sistem yang memastikan seluruh transaksi harus tercatat dan ter-record dalam databasenya secara baik dan lengkap, agar memudahkan tressury, auditing, monitoring dan controling, sehingga sistem IT tersebut mengakibatkan administrasi proses menjadi paperless, akuntabel, transparan, up to date serta mudah dalam penelusuran.
Dalam operasional produksi, dunia usaha/industri manufaktur lebih terdepan dalam meng-up grade teknologi mesin-mesin produksi serta sistem operasionalnya, kalau dahulu sistem operasi mesin-mesin produksi menggunakan metode semi otomatis, dengan memanfaatkan manusia sebagai operator utamanya, sekarang ini banyak dunia industri yang meng-up grade mesin-mesin produksinya dengan computerized system operational, robotic, yang menuntut sistem operasi presisi yang tinggi dan sudah mengurangi banyak sekali SDM manusia, mengurangi cost produksi dalam berbagai sisi, serta jumlah produksi yang lebih maksimal dan berbiaya lebih murah, sebagai sebab akibat dari berkurangnya intervensi manusia dalam operasinya. sehingga keuntungan yang didapat oleh para pemilik modal atau investor akan semakin maksimal. Hal ini menurut penulis bertujuan serta ciri adaptifnya dunia industri/manufaktur dalam memanfaatkan teknologi up to date, di masa saat ini dan yang akan datang. Lalu bagaimana institusi pendidikan merespon terutama untuk sekolah menengah kejuruan (SMK)? berdasarkan kenyataan tersebut di atas, perlu adanya adaptasi-adaptasi yang harus dilakukan oleh institusi pendidikan dalam menghadapi era IT ini, antara lain:
- Perkuat pendidikan keagamaan serta akhlak anak didik, dengan menggunakan berbagai media dan kegiatan.
Sederas apapun kemajuan IT di era abad ini, pendidikan keagamaan dan akhlak merupakan salah satu pendidikan karakter bangsa Indonesia yang tidak mungkin lepas dari pribadi anak didik, apa lagi anak didik adalah generasi penerus bangsa Indonesia, yang akan mewarisi warna dan kemajuan bangsa Indonesia di masa depan. kepribadian bangsa Indonesia yang agamis, toleran, serta menghargai keberagamaan suku, agama, bahasa dan kultur serta budaya merupakan kekuatan yang harus tetap terhimpun dalam bingkai NKRI. sehingga pendidikan keagamaan yang berwawasan keIndonesiaan merupakan suatu keharusan, dan pendidikan yang toleransi juga bukan lagi suatu medan teori dalam ruang-ruang kelas, tanpa aplikasi yang berarti. sehingga pendidikan yang cukup berhasil adalah pendidikan yang mampu memberikan sarana anak didik, untuk mengaplikasikan ranah teoritis kelapangan praktis, hal tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi guru dan tenaga kependidikan di manapun institusinya.