Lihat ke Halaman Asli

Dida Maulidya

Undergraduate Student at Maulana Malik Ibrahim State Islamic University

Sistem Moneter Eropa (EMS) dan Mata Uang Tunggal ASEAN

Diperbarui: 10 Maret 2024   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

goodnewsfromindonesia.id

Sistem Moneter Eropa (EMS) adalah sistem koordinasi moneter yang didirikan pada tahun 1979 oleh negara-negara anggota Komunitas Eropa (sekarang disebut sebagai Uni Eropa). EMS bertujuan untuk mengoordinasikan dan mengintegrasikan kebijakan moneter antara negara-negara anggota, mempromosikan stabilitas nilai tukar mata uang mereka, dan menciptakan fondasi bagi Uni Ekonomi dan Moneter (EMU).

EMS didirikan pada Maret 1979 sebagai tanggapan terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang di antara negara-negara anggota Komunitas Eropa. EMS menciptakan sistem nilai tukar tetap (pegged exchange rate system) dan terdiri dari dua komponen utama, yaitu European Currency Unit (ECU) sebagai unit akuntansi dan European Monetary Cooperation Fund (EMCF) untuk membantu negara-negara anggota yang mengalami kesulitan pembayaran.

Untuk membatasi fluktuasi nilai tukar antara mata uang negara-negara anggota dalam batas yang telah ditentukan digunakanlah ERM (Exchange Rate Mechanism) yang mana nilai tukar mata uang diizinkan untuk berfluktuasi dalam kisaran tetap sehubungan dengan ECU. Selama tahun 1992-1993, ERM mengalami krisis serius yang dikenal sebagai “Black Wednesday”. Spekulasi besar-besaran terhadap mata uang Inggris Pound (GBP) memaksa Inggris keluar dari ERM karena Bank Sentral Inggris tidak mampu mempertahankan nilai tukar GBP dalam kisaran yang telah ditentukan. Meskipun mengalami krisis, EMS terus berkembang. Pada 1999, fase ketiga dari Uni Ekonomi dan Moneter (EMU) dimulai dengan diperkenalkannya euro sebagai mata uang resmi di sejumlah negara anggota. Pada tahun 2002, euro menjadi mata uang tunai yang berlaku di banyak negara Uni Eropa.

European Currency Unit (ECU) digantikan oleh euro sebagai unit akuntansi resmi dalam sistem moneter Eropa pada tahun 1999. Euro menjadi mata uang yang digunakan dalam transaksi sehari-hari di negara-negara yang mengadopsinya. Sejak saat itu, euro telah menjadi mata uang resmi di sebagian besar negara anggota Uni Eropa dan EMS berkembang menjadi sistem lebih luas yang mencakup berbagai elemen kebijakan ekonomi dan moneter di Uni Eropa.

Pada masa saat ini, wacana mata uang tunggal di ASEAN masih dalam proses eksplorasi dan diskusi untuk penerapannya. Keberhasilan dari setiap inisiatif ini bergantung pada kemauan politik, kesiapan ekonomi, dan kemampuan untuk menanggulangi tantangan kompleks yang dihadapi oleh masing-masing wilayah. Adapun beberapa aspek wacana mata uang tunggal ASEAN dengan EMS yang dapat dibandingkan yaitu sebagai berikut:

Pertama, EMS beroperasi di bawah naungan Uni Eropa yang mencakup sejumlah negara di Eropa, dimana euro sebagai mata uang tunggal. Sedangkan ASEAN terdiri dari negara-negara di Asia Tenggara dengan keanekaragaman ekonomi dan kebudayaan yang besar, dimana wacana mata uang tunggal ASEAN masih dalam tahap awal dan ASEAN lebih berfokus pada kerja sama ekonomi dan integrasi pasar.

Kedua, euro menghadapi tantangan signifikan, terutama selama krisis utang sovereign pada tahun 2010-an. Tantangan tersebut menyoroti kompleksitas koordinasi kebijakan fiskal dan moneter di antara negara-negara zona euro. Sedangkan ASEAN memiliki tantangan tersendiri, termasuk ketidaksetaraan ekonomi, keragaman kebijakan ekonomi dan perbedaan tingkat pembangunan. Sehingga sebelum mengadopsi mata uang tunggal, ASEAN perlu menanggulangi sejumlah isu tersebut.

Ketiga, Zona euro melibatkan kerja sama yang erat antara negara-negara anggota dalam banyak aspek, termasuk kebijakan moneter, fiskal dan perbankan. Uni Eropa juga menciptakan badan-badan pengawas dan mekanisme kebijakan untuk memastikan stabilitas dan koordinasi. Sedangkan ASEAN memiliki komitmen untuk meningkatkan integrasi ekonomi dan finansial melalui berbagai inisiatif, termasuk wacana mata uang tunggal ASEAN. Namun, kerja sama di ASEAN saat ini lebih terfokus pada kebijakan perdagangan dan investasi daripada integrasi mata uang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline