Kali ini kita kita akan membahas sesuatu yang mungkin relevan dan selalu ada di setiap diri manusia yaitu hawa nafsu. Hawa nafsu pada dasarnya bukanlah sesuatu yang selalu di anggap negatif, ada juga hawa nafsu yang positif. Ada macam-macam nafsu yang mungkin tidak akan dijelaskan disini. Tapi di tulisan ini kita akan membahas hawa nafsu secara keumuman.
Hawa nafsu merupakan suatu hal yang sangat berat untuk dikendalikan atau diperangi.
Mungkin kita semua hampir kebanyakan kalah oleh hawa nafsu, seakan hawa nafsu itu yang mengendalikan kita, salah satu contohnya ialah malas untuk sholat, sholat shubuh khususnya. Kita harus melawan hawa nafsu yang menginginkan badan ini tetap menempel pada kasur, seakan-akan kasur mempunyai daya tarik gravitasi yang sangat besar. Menganggap hawa dingin menjadi alasan, dan masih mengantuk menjadi suatu pembenaran.
Itulah hawa nafsu, hawa nafsu hanyalah sebuah dorongan untuk melakukan sesuatu, namun berat untuk mendorong kepada hal yang benar, bahkan ada riwayat setelah perang badr, bahwasanya perang badr bukan perang terbesar, ada perang yang lebih besar dari perang badr yakni perang (jihad) melawan hawa nafsu.
Mari kita reflesikan sedikit tentang perang badr, perang badr merupakan salah satu perang terepic yang pernah dijalani oleh Rasulullah SAW dan para sahabat , perang yang mungkin sangat berat jika dibayangkan. Diawali tidak ada rencana untuk perang besar, berbekal dua kuda dan hanya ada tiga ratus tiga belas personil,senjata seadanya, melawan seribu orang kafir qurais dengan tiga ratus kudanya. Ah tidak bisa dibayangkan betapa sulitnya hari itu bagi kaum muslimin.
Tapi perang badr merupakan jihad kecil, jihad besarnya ialah melawan hawa nafsu. Iya benar melawan hawa nafsu. Ini merupakan sebuah perang !!!. Berapa kali kita sudah dikendalikan hawa nafsu?, Adakah usaha untuk mengendalikan hawa nafsu ini?, jika tidak ada usaha untuk mengendalikan hawa nafsu ini, berarti sudah berapa kali kita kalah sebelum berperang.
Tidak ada pilihan lain, hiduplah sesuai apa yang benar menurut Allah, bukan benar menurut diri sendiri. Mari renungkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang artinya :
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"
(QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 23)
Tetap semangat, cape? Hoream? Wayahna bongan saha hayang asup surga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H