Lihat ke Halaman Asli

Dicky CahyaGobel

Orang biasa

Cerpen: Abadi di Bawah Langit Perayaan

Diperbarui: 30 Desember 2020   18:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : di bawah langit perayaan. (sumber: pexel.com)

Semua bermula dari perjalanan yang indah ; menyenangkan, penuh suka cita, lalu ... abadi di bawah langit perayaan.

Berlatar di sebuah kota metropolitan. Senja telah pergi, berganti kabut hitam mengerubungi langit di malam hari. Di bawah lampu taman, duduk sesosok pria yang belum terlalu tua, namun terlihat begitu suntuk, dengan pakaian kantoran yang masih melekat di badannya.

Melihat ke arloji ; pukul 23:07, menandakan fajar masih lama. Lelaki itu lalu mengambil kretek yang ada di saku kemeja, kemudian menyalakannya. Tanpa kata, ia hanya memejamkan mata. Terus menikmati hisapan demi hisapan, sampai tiba, silir-semilir angin membawanya terlelap.

Malam itu, orang-orang berkerumun : Laki, wanita, orang tua hingga para remaja yang lagi bucin-bucinnya ; saling senggol menuju alun-alun. Sebentar lagi perayaan kembang api, menandakan tahun  akan segera berganti.

Air mulai berjatuhan, sebelum kembang api sempat memenuhi langit. Semua orang berlarian melindungi diri sebelum semakin deras. Mencari tepat perlindungan yang paling aman atau hanya sekedar berteduh, Sebab kilatan petir begitu menggema terdengar.

Namun pandanganku teralih, melihat seorang gadis bergemim diantara keramaian, tepat di pojokan trotoar. Tanpa suara dan tanpa mengindahkan situasi.

Tatapannya begitu kosong, seakan sedang merenungkan sesuatu.

Beberapa orang sedang berbisik-bisik, yang juga telah memperhatikan dirinya sejak tadi, "Apakah gadis itu baik-baik saja?", kata salah seorang yang tidak jauh dari tempat gadis itu bercangkung*.

Kemudian, seorang wanita dengan wajah keibuan menghampirinya, maksud mengajaknya berteduh bersama. Dia enggan untuk menyahut. Diam dan tetap terpaku di tempat itu.

Aku yang sedari tadi mengamati, sesekali melihat kedua tangannya yang sedang mengelus badan serta bibir yang mulai gemetaran ; memberi tanda tengah kedinginan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline