Ada yang menarik menjelang pemilihan Ketua KONI SUMBAR, saat Mahyeldi Ansharullah masih Walikota Padang, pernah menyebutkan dia mendukung salah satu calon naik kelas ke SUMBAR. Itu dikatakan ketika acara Lokakarya KONI Padang tanggal 24 Februari 2021 lalu.
Pernyataan itu digoreng. Ucapan sejengkal dibikin, bla,bla, bla. Suara riuh dan tepuk tangan seolah-olah sudah menang di gelanggang. Tak ada calon lain, hanya dia lah pujaan hati Mahyeldi yang duduk di KONI SUMBAR. Tiga bulan kemudian, tepatnya tanggal 3 Mei 2021, Mahyeldi yang sudah dilantik jadi gubernur membantah punya calon Ketua KONI. Loh, kok gitu.
"Saya tidak ada nama calon. Saya tidak tahu siapa saja calonnya. Tapi diharapkan dapat mengangkat prestasi olahraga SUMBAR ke depan dengan kekompakan dan solidaritas," katanya pada pers.
Dari dua kali pernyataan tersebut jelas sudah kalau gubernur SUMBAR berdiri netral pada pemilihan ketua KONI yang digelar tanggal 9 Mei 2021. Menyangkut pelintiran ucapan Mahyeldi maklum sajalah sebuah perjuangan meraih simpati voter.
Ketua Pengprov cabang olahraga tentu garuk-garuk kepala. "Takicuah awak," sebut salah seorang pemilik suara pada pemilihan nanti. Beruntung cepat diluruskan oleh gubernur, kalau tidak bisa hancur olahraga SUMBAR, karena salah pilih.
Puaskah mereka, tentu tidak. Gagal planning A masuk planning B. Beberapa minggu lalu, Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) Ganefri yang diolah. Rapat persiapan Pekan Olahraga Mahasiswa yang mengundang cabang olahraga dibilang mendukung salah satu calon Ketua KONI SUMBAR. "Rektor UNP lah di awak mah."
Seolah-olah dunia milik dia saja. Bisa jadi, usai menggulingkan Syaiful dari Ketua KONI SUMBAR, euforia kemenangan memabukan. Apakah langsung jago annya mengambil jabatan Ketua KONI. Dengan jargon "penguasa bersama kita."
Syaiful boleh saja tercabik-cabik, tapi jangan lupa berapa banyak pendukung yang masih setia padanya. Ada yang mengatakan olahraga jangan sampai dendam jaga sportifitas. Apakah perilaku oknum pemerintah terhadap Syaiful dinilai sportifitas. Syaiful sekali pun tidak pernah dipanggil membicarakan dimana letak kesalahannya.
Tanpa ba, bi, bu, bikin surat kaleng ke gubernur, dengan modal selembar surat odong-odong langsung dikirim ke KONI Pusat. Mentang-mentang pemegang dana hibah bisa berbuat sekehendak hati. Sayang KONI Pusat sudah telat minta maaf. Dendamkah Syaiful, oh tidak ! Malahan dia sujud syukur." Plong hati saya, seperti ada angin yang keluar dari badan ini, terasa ringan," ucapnya.
Untunglah, gubernur SUMBAR yang cepat tanggap membersihkan pelintiran yang merusak namanya. Kalau tidak, sudah menggalas pula kawan menjelang Musprovlub KONI. (***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H