Akar pokok agama islam adalah tauhid atau pernyataan monoteistis bahwa Allah itu Esa. Menurut arti syari'ati, tauhid juga merupakan pandangan dunia yang melihat seluruh dunia sebagai sistem yang utuh-menyeluruh, harmonis, hidup, dan sadar diri, yang melampaui segala dikirimin, dibimbing oleh tujuan ilahi yang sama. Dalam dataran historis-empiris, islam hadir ditengah-tengah masyarakat yang kacau, yang ditandai dengan menipisnya penghargaan manusia pada nilai - nilai kemanusiaan mereka sendiri. Kehadiran islam di bumi Arab pada satu sisi merupakan risalah pentauhidan, pengesaan tuhan sebagai sesembahan tunggal.
Risalah pentauhidan ini disampaikan oleh seorang manusia sempurna, Muhammad kepada masyarakat Arab jahiliyah yang telah menciptakan objek sesembahan baru berupa patung - patung berhala seperti latta dan uzza. Di sisi lainnya, kehadiran islam di tengah masyarakat Arab jahiliyah juga diyakini sebagai awal lahirnya risalah pembebasan manusia dari ketertindasan, kebodohan, perbudakan dan diskriminasi struktur sosial di masyarakat Arab jahiliyah. Islam Sebenarnya hadir mengajak umatnya untuk tunduk kepada allah dan didorong untuk memberontak melawan penindasan, ketidak adilan, kebodohan, serta ketiadaan persamaan (ketimpangan).
Konteks kesejarahan Pada waktu nabi Muhammad SAW diangkat sebagai rasul, dengan suasana dan keyakinan politheistik yang mengabaikan arti kemanusiaan. Nabi Muhammad hadir untuk membawakan kembali ajaran tauhid.
Ajaran tauhid yang dibawa itu merupakan pernyataan yang menegaskan segala bentuk politheisme atau kemusyrikan, bukan hanya pada tataran ritualistik yang lebih berdimensi personal belaka, seperti menyembah berhala, patung, api, dan sebagainya : tetapi juga pada bentuk kemusyrikan sosial dan politik, seperti memaha - agungkan dan memuja kepentingan pribadi, golongan, etnis dan sebagainya.
Islam merupakan sebuah teologi pembebasan yang membumi dan humanis, dari tuhan untuk manusia penghuni bumi. Teologi pembebasan menemukan momentumnya, khususnya ketika marak dan gencarnya pemberantasan kemiskinan dan keterbelakangan ditanam air maupun di belahan dunia ketiga umumnya.
Dalam momen itu lah teologi alternatif diperlukan, yaitu teologi perasan, teologi populis atau teologi padanan lainnya sebagai antitesis teologi elitis, rumit, dan melangit. Teologi yang dibutuhkan pada masa kini adalah teologi yang membumi, yang mampu mendobrak supremasi tirani dan rezim lalim, mengenyahkan belenggu kebebasan, mengejar berbagai ketertinggalan, mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan. Pesan teologi tersebut sangat luhur, humanis, dan mulia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H