Lihat ke Halaman Asli

Jogja Berhati Mantan

Diperbarui: 13 Oktober 2015   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jogja Berhati Mantan

 

Sulit bagi saya untuk tidak menyertakan Yogyakarta sebagai sebuah peristiwa pendewasaan. Saya jatuh cinta pada kota ini, karena pada beberapa derajat, ia jauh lebih mendewasakan, mencerdaskan dan membuat saya jadi manusia lebih dari yang dapat dilakukan bapak dan sekolah kepada saya.

 

Mungkin Jogja adalah ibu saya yang lain. Berkali-kali dibuat jatuh cinta, dibuat marah, dibuat patah hati, berkali-kali juga saya dibuat tak berdaya dan bersimpuh diam ketika dunia sudah kepalang brengsek.

 

Di Jogja saya menemukan terlalu banyak alasan untuk menjadi sebenar-benarnya manusia. Tentang bagaimana kota ini memejalkan keinginan membaca saya pada titik paling tinggi, juga tentang bagaimana di kota ini saya menemukan manusia-manusia getir yang begitu optimis menjalani hidup. Lebih dari itu, kota ini adalah tempat di mana setiap kenangan bermuara dan berujung haru.

 

Tentu saja terlalu banyak hal sentimentil yang bisa kita gali dari Jogja. Seperti kehilangan teman karena ditikung, kehilangan motor karena ditipu teman facebook, atau bahkan kehilangan akal sehat karena bergabung dengan organisasi fasis keagamaan.

 

Tapi yang membuat Jogja jadi istimewa, selain hip hop dan bakmi goreng, adalah mantan. Seperti slogan yang kerap kita dengar: Jogja berhati Mantan.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline