Lihat ke Halaman Asli

Mengajak Desa Berlari

Diperbarui: 28 Agustus 2015   03:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dickyzulkifly93"][/caption]

Sahabat pembaca yang saya cintai, bahagia rasanya bisa mencurahkan pemikiran awam ini dalam sebuah karya. Tulisan ini saya buat dari berbagai referensi saat berjalan di pematang sawah, ngobrol bersama teman kecil di bangku depan rumah, sampai saat nongkrong di warung kopi perkampungan.

Saya haturkan ribuan cinta, dan semoga bisa dianalisis berbagai kesalahan yang muncul dari pada tuturan kata terwakili pada goresan pena ini. Terimakasih, sudah sedia membaca karya yang sedikit banyaknya bisa menjadi bagian penguat fondasi kemajuan peradaban manusia.

Sampurasun...

Sahabat, pernah mendengar istilah dalam bahasa Sunda "ngigelan zaman"? Istilah ini sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, sampai kajian pendidikan bahasa Sunda di sekolah.

Sederhananya, "ngigelan zaman" merupakan upaya mengimbangi perkembangan dan perubahan zaman. Memang, sudah pasti zaman itu berkembang seiring waktu. Ini dipengaruhi faktor pemikiran manusia yang terus berubah pula.

Kajian disiplin ilmu sudah menegaskan, dari masa ke masa, budaya berpikir manusia mengalami banyak perubahan. Siklus perubahan pemikiran itu, dipengaruhi faktor lingkungan dan subnilai dari pada tokoh pemikir, dalam hal ini para filsuf.

Karena budaya berpikir manusia berubah, implikasinya jelas, pola zaman pun berubah. Karena dari hasil karya pemikiran, lahirlah sebuah teori, tesis, antitesis, sintesis sampai hipotesis yang ditesiskan lagi, diantitesiskan lagi, disintesiskan lagi, begitu terus menerus melembaga dalam perjalanan waktu. 

Dari pemikiran juga muncul gebrakan produk teknologi yang begitu kompkeks dan memudahkan manusia berkomunikasi, beriteraksi dan beraktifitas. Dampaknya, perkembangan peradaban dunia kian menemui titik kesempurnaan.

Namun, perlu digarisbawahi, jika terkadang kemajuan peradaban itu mengalami kemunduran moral, saat segala bentuk kemajuan tanpa diimbangi dengan sikap bijak dan nurani positif.

Simpulannya, "ngigelan zaman" merupakan sikap positif dalam mengarungi kemajuan dengan sikap bijak dan nurani positif. "Ngigelan zaman" merupakan interpretasi manusia yang beradab dalam mengaktualisasikan kepentingan hidup bermashlahat tanpa meninggalkan dimensi kulutural ketimbang dimensi globalisasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline