Lihat ke Halaman Asli

Kekuatan Seorang Ibu

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perjalanan pulang kerja di hari ke-2 setelah masuk kerja pasca lebaran tahun ini, saya menyempatkan berhenti di halte busway di selatan Jakarta. Waktunya sore hari menjelang maghrib. Setelah kepenatan kerja seharian, saya memerlukan sedikit penyegaran sebelum tiba di rumah.

Saya mengamati seorang ibu, berseragam warna merah dikombinasikan dengan warna putih. Seorang ibu penjual minuman kesehatan untuk usus (kata iklannya). Ibu itu menjual dagangannya dengan berjalan kaki dan menarik gerobak berupa kotak steroform yang berisi minuman kesehatan. Biasanya dilengkapi dengan es batu sebagai pendingin dagangannya.

Beliau berjalan dari lampu merah perempatan di pojok Kementerian Pertanian menuju arah Kebun Binatang Ragunan. Apakah beliau masih menjajakan dagangannya atau kah menuju pulang, saya tidak tahu pasti. Yang jelas terlihat ada kelelahan di raut mukanya.

Tidak ada yang istimewa dari ibu tersebut. Seorang penjaja minuman biasa. Biasa kita lihat di kota Jakarta. Beberapa diantara mereka ada juga yang menjajakan dagangan dengan menggunakan sepeda onthel, tetapi jarang yang menggunakan sepeda motor.

Tidak ada yang istimewa.

Setelah ibu tersebut melewati tempat saya duduk di trotoar, saya terkesima. Ibu tersebut ternyata dalam keadaan hamil, mungkin sekitar 5 - 6 bulan. Terlihat sudah cukup besar kandungannya. Bukan gemuk biasa, nyata-nyata hamil.

Berapakah jarak perjalanan ibu itu menjajakan dagangannya hari ini ? Berapakah uang yang diperoleh hari ini ? Saya tidak tahu pasti, mungkin uang yang diperoleh hari ini tidak seberapa jika di bandingkan isi dompet beberapa orang di antara kita. Saya tidak akan membicarakan itu.

Saya terkesima, ternyata di usia kandungan yang kira-kira lebih dari setengah waktu kehamilan, ibu itu masih mencari nafkah dengan berjalan kaki. Sepengetahuan saya, dengan berjalan kaki, seorang ibu hamil akan sangat terbantu pada saat persalinan, lebih mudah. Kalau cerita tentang ini, adalah pengalaman pribadi. Karena istri saya pada saat kehamilan anak pertama kami diusia kandungan 8 bulan lebih sering saya ajak jalan kaki. Bahkan pernah saya ajak jalan kaki dari perempatan yang sama sampai Kebun Binatangan Ragunan. Alhamdulillah, anak kami lahir sehat, tepat waktu dan tanpa kesulitan.

Bagaimana dengan ibu tadi? Jika ternyata ibu itu setiap hari menjajakan dagangannya dengan banyak berjalan kaki selama mengandung anaknya, dan Insya Allah sampai menjelang kelahiranya. Subhanallah, betapa kekuatan itu tidak bisa tergantikan oleh kaum lelaki. Saya yakin tidak akan ada lelaki yang mampu menggantikan kemampuan dan kekuatan itu.

Terlebih jika selama perjalanannya, ibu itu ternyata juga berzikir dan memanjatkan doa untuk kelahiran, keselamatan dan kesehatan anaknya kelak. Saya yakin kekuatan doa ibu itu akan didengar Allah swt dan dapat sebagai pengiring langkah di kehidupan anaknya kelak untuk tetap berjalan di jalan yang lurus dam diridhoi.

Saya teringat istri saya di rumah yang telah melahirkan anak-anak kami, juga ibu yang telah melahirkan kami. Terimakasih ibu. Doa dan sungkem kami untuk mu ibu. Kami akan selalu menyempatkan untuk telephone ibu di kampung, walau pun hanya sekedar bertanya "pripun kabare bu".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline