Lihat ke Halaman Asli

Serigalapemalas

Nihilistik

Fenomena Doomer pada Kawula Muda Masa Kini

Diperbarui: 1 Juni 2020   07:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi doomer oleh Lukas Rychvalsky/ Pexels.com

Bagai api dengan asap, keberadaan meme sebagai ikon budaya pop tak bisa dipisahkan. Fungsi meme yang luas serta bisa dari berbagai media tak terbatas video dan foto, membuatnya jadi alat kritik, sarkasm atau ajang menertawakan isu populer dengan cita rasa jenaka namun 'ngena'.

Selain itu, sangat mudah menempatkan meme menjadi arus utama internet culture saat ini, apalagi soal jagat media sosial yang liar. Terhitung, sudah terdapat berbagai jenis meme dengan beragam karakter yang masyur. Wajah berseri Yao ming, Herp hingga karakter Mr. Bean yang sering menghiasi meme "if you know what i mean" sudah sering di jumpai selama 5 tahun terakhir ini.

Yang terbaru, karakter wojak menjadi karakter paling di gemari oleh meme maker, terutama jika pesan yang ingin disampaikan si empunya gambaran perasaan seorang pria. "I know that feel, bro", merupakan meme yang sering terpajang karakter wojak didalamnya.

Dikutip dari berbagai sumber, Karakter Wojak merupakan ilutrasi seorang pria botak dengan tampang sedih yang biasanya digunakan untuk meme depresi, kesedihan, kesepian dan penyeselan serta di klaim karakter meme paling mewakili perasaan pria.

Dari berbagai karakter wojak yang ada, karakter "Doomer" lah yang menjadi karakter terpopuler dan malang melintang di jagat maya. Bahkan, doomer menjadi karakter yang paling tepat menggambarkan seorang pria yang depresi berat dan sudah tak percaya lagi pada harapan.

wikipedia.org/wiki/Doomer

Doomer sendiri digambarkan sebagai pria 20-an yang menderita depresi dan memiliki pandangan suram pada kehidupan.

Utopia masa depan dan gambaran sempurna doomer bagi kawula muda saat ini

Jika sobat ambyar memiliki semboyan patah hati di jogeti saja, maka doomer menggiring kawula muda untuk menikmati hidup yang hampa, nihilis dan penuh kesedihan dengan menjalaninya mengalir begitu saja. Karena, sama seperti musik galau yang baik untuk jiwa ketika ambyar, pun merasakan serta menjalani kehidupan sebagai doomer membantu penderitanya merasa tak sendiri. Dan tak mustahil berfungsi mengangkat beban.

Berbeda dengan krisis seperempat abad dalam ilmu psikologi yang penderitanya mengalami resah, ragu dan gelisah perihal tujuan hidupnya, menjadi doomer seakan lanjutan atau fase pasca quarter life crisis tersebut. Kawula muda bisa saja menjadi  doomer karena pengangguran menahun, putus cinta mendalam, ketakutan karir, berpandangan suram akan masa depan dan faktor depresif lain.

Filosofi mendalam yang dibawa oleh karakter wojak tersebut seakan menjadi protokol utama seorang pria dewasa awal untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan karena kegagalan maupun ketakutan yang diciptakan otaknya. Atau malah menjadi patokan untuk menikmati pesimisme dan nihilisme kehidupan menyedihkan mereka.

Berjalan di malam hari, bertampang muram, melamun, tak bergairah serta diiringi lagu kebangsaan doomer di sepinya malam merupakan kebiasaan doomer menikmati kesedihannya, seperti di ilustrasikan maupun di wartakan oleh berbagai warganet di jagat maya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline